"Bank Indonesia sangat menginginkan ada anak muda mau berkotor-kotor, belajar tentang penggemukan sapi karena keahlian ini tidak ada sekolah khususnya," kata Kepala BI Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah di Surabaya, Senin.
Ia mengatakan apabila seorang pemuda sudah ahli dalam penggemukan sapi, dijamin hidupnya bisa mandiri karena potensinya cukup besar ditambah bantuan dari BI Jatim.
Difi menjelaskan BI telah memulai program klaster penggemukan sapi di Tuban dan Lamongan, dan untuk klaster Tuban dirintis sejak 2014 sedangkan Lamongan mulai awal 2019.
"Program penggemukan sapi ini dulu juga pernah dilaksanakan di Bojonegoro hingga akhirnya saat ini telah lepas dan mandiri. BI akan memberi bantuan dan akan kawal hingga mereka paham dan mengerti bagaimana caranya," katanya.
Ia mengatakan dalam proses penggemukan sapi tidak hanya soal pengirimannya, tapi juga bagaimana mengolah kotoran dan kencingnya sehingga memiliki nilai ekonomis.
Difi menerangkan investasi untuk penggemukan satu ekor sapi dibutuhkan sekitar Rp20 juta, dan diperkirakan dalam waktu 4 bulan bisa menghasilkan rerata sekitar Rp40 jutaan.
"Bahkan, kotoran sapi pun bisa diolah menjadi pupuk sehingga menghasilkan nilai tambah. Kalau anak muda ini sudah ahli, untuk cari modal Rp20 juta rasanya tidaklah sulit," tuturnya.
Ia berharap anak muda, bisa mencoba bisnis ini melalui pendidikan vokasional atau keterampilan.
"Minat belajar peternakan atau perkebunan/pertanian di kalangan anak muda saat ini masih belum tinggi. Padahal, jika anak muda mau belajar tentang agribisnis ini masa depannya tidak akan sia-sia," tuturnya.
Baca juga: Presiden tinjau penggemukan sapi capai swasembada daging
Baca juga: Pengusaha ternak di Sukabumi kembangkan sapi berkualitas super
Baca juga: OKU Timur berharap ada agen besar serap ternak sapi hasil penggemukan
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019