Lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang telah berkeliling mendistribusikan air bersih, banyak menemukan warga mengalami gangguan kesehatan disebabkan oleh kekeringan."Apalagi jika kemarau terjadi secara ekstrem dalam waktu yang cukup panjang, berbagai penyakit memungkinkan menjangkiti warga,
"Kami sudah berkeliling daerah di Indonesia dan di banyak tempat warganya mengalami gangguan kesehatan karena dampak dari kemarau ini," ujar Kepala Tim Medis ACT dr Rizal Alimin di Makassar, Kamis.
Ia menambahkan kemarau panjang dapat memicu sejumlah penyakit diantaranya, Hepatitis A, tifus, inspeksi saluran pencernaan akut (ISPA), hingga stunting pada anak adalah penyakit yang kerap muncul.
Dalam pemantauan hari tanpa hujan (HTH) per 10 Agustus 2019, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah memetakan sebagian besar wilayah di Indonesia itu tidak diguyur hujan dan paling tandus di daerah Pulau Jawa.
Baca juga: ACT bangun 1.400 sumur wakaf untuk atasi kekeringan
Ia menjelaskan di daerah Pulau Jawa hujan sudah tidak turun setidaknya selama 60 hari terakhir. Selain Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur juga ditandai sebagai zona merah, yakni wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem.
Dokter Rizal Alimin menyebutkan, bukan hanya musim hujan yang dapat membawa berbagai penyakit, kemarau yang terjadi tahun 2019 ini juga sangat memungkinkan menghadirkan penyakit bagi masyarakat.
"Apalagi jika kemarau terjadi secara ekstrem dalam waktu yang cukup panjang, berbagai penyakit memungkinkan menjangkiti warga," katanya.
Baca juga: ACT ajak masyarakat bantu warga terdampak kekeringan
Selain keterbatasan air bersih, berbagai dampak juga timbul akibat kemarau. Di bidang ekonomi, warga harus merogoh kocek lebih untuk membeli air. Sedangkan di kesehatan, kekeringan berdampak pada munculnya sejumlah penyakit.
Dia pun menjelaskan kebutuhan air setiap individu sangat penting. Sekitar tiga persen tubuh manusia terdiri dari air. Air pun dibutuhkan tubuh untuk tetap menjaga kesehatan organ, terutama ginjal.
Pengaruh kemarau terhadap kesehatan memang tidak dapat langsung dirasakan. Menurut dr Rizal, hal itu disebabkan berkurangnya konsumsi dan penggunaan air dalam secara perlahan.
Hepatitis A dan tipes misalnya, penyakit ini dapat timbul akibat berkurangnya volume air. Ketika kemarau datang, sungai-sungai serta sumur mengalami penurunan volume yang membuat pelarutan kotoran yang masuk ke air menjadi lebih sulit.
Kemarau juga dapat menimbulkan gangguan pernapasan. Saat musim kemarau, debu lebih banyak dan udara lebih berpolusi.
"Ketika kemarau, orang lebih mudah terpapar ISPA karena debu lebih banyak beterbangan," ucapnya.
Baca juga: ACT siap distribusikan 2,1 juta liter air hadapi musim kemarau
Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019