"Penyesuaian pengurus ini diharapkan dapat memperkuat kinerja perseroan serta menjawab berbagai tantangan ke depan yang akan dihadapi Bank Mandiri," kata Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Alexandra Askandar dalam jumpa pers usai RUPS LB di Menara Mandiri Jakarta, Rabu.
Keputusan tersebut berlaku aktif setelah Rionald lulus dalam uji kepatutan dan kelayakan (fit & proper test) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Rionald merupakan alumnus Ilmu Hukum Universitas Indonesia dan melanjutkan studinya di Common Law Georgetown University di Washington.
Pria kelahiran Pekanbaru 53 tahun lalu itu sempay menjabat sebagai Kepala Bidang Perumusan Rekomendasi Pengelolaan Risiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal pada 2006. Dua tahun kemudian ia menjadi Kepala Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan Sekretariat Jenderal Kemenkeu.
Pada 2012 ia dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi. Ia juga sempat menjadi Direktur Eksekutif World Bank dan menjadi Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional pada 2016.
Dengan demikian, susunan komisaris perseroan menjadi Hartadi A Sarwono (Komisaris Utama/Komisaris Independen), Imam Apriyanto Putro (Wakil Komisaris Utama/Komisaris), Goei Siauw Hong (Komisaris Independen), Bangun Sarwito Kusmulyono (Komisaris Independen), Makmur Keliat (Komisaris Independen), Rionald Silaban (Komisaris), Ardan Adiperdana (Komisaris) dan R. Widyo Pramono (Komisaris)
Adapun susunan dewan direksi tidak mengalami perubahan, yaitu Kartika Wirjoatmodjo (Direktur Utama), Sulaiman Arif Arianto (Wakil Direktur Utama), Royke Tumilaar (Direktur Corporate Banking), Hery Gunardi (Direktur Bisnis dan Jaringan), Ahmad Siddik Badruddin (Direktur Manajemen Risiko), Rico Usthavia Frans (Direktur Teknologi Informasi dan Operasi), Darmawan Junaidi (Direktur Treasury dan International Banking), Alexandra Askandar (Direktur Hubungan Kelembagaan), Agus Dwi Handaya (Direktur Kepatuhan dan SDM), Panji Irawan (Direktur Keuangan dan Strategi), Donsuwan Simatupang (Direktur Retail Banking) dan Riduan (Direktur Commercial Banking).
Alexandra melanjutkan, manajemen juga melaporkan pencapaian positif kinerja perseroan pada semester I 2019 kepada pemegang saham. Salah satu kinerja yang dilaporkan adalah terkait aspek pembiayaan, dimana penyaluran kredit Bank Mandiri pada akhir Juni 2019 naik 9,52 persen secara tahunan menjadi Rp835,1 triliun. Capaian ini sangat berperan pada kemampuan bank membukukan laba bersih Rp13,5 triliun atau tumbuh 11,1 persen secara tahunan pada akhir Juni 2019 lalu.
“Yang menarik, seiring dengan penerapan strategi tumbuh secara sehat dan berkesinambungan dalam jangka panjang, kami pun berhasil mendorong saldo rata-rata baki debet kredit di Bank Mandiri untuk tumbuh 12,1 persen yoy selama triwulan II-2019. Kami optimis strategi ini dapat mendukung pencapaian target kenaikan kredit 11-12 persen hingga akhir tahun ini," ujar Alexandra.
Perseroan juga tetap konsisten menjaga kualitas pembiayaan. Hasilnya, Bank Mandiri berhasil menekan rasio kredit bermasalah menjadi 2,59 persen, turun 54 basis poin dari catatan akhir Juni 2018. Angka tersebut merupakan terendah sejak triwulan III-2015.
Bank Mandiri juga menginformasikan kepada pemegang saham terkait masih positifnya pendanaan perseroan. Hal ini terlihat pada pengumpulan Dana Pihak Ketiga (bank only) secara rata-rata tumbuh 6,8 persen (yoy), atau secara konsolidasi mencapai Rp843,2 triliun pada triwulan II-2019.
Alexandra menambahkan, kinerja lain yang juga dilaporkan kepada pemegang saham adalah dukungan perseroan kepada program nasional percepatan penyediaan infrastruktur nasional, dimana Bank Mandiri telah memberikan kredit hingga Rp203,4 triliun per Juni 2019, atau tumbuh 22,6 persen secara tahunan.
Adapun tujuh sektor utama penerima pembiayaan Mandiri itu adalah transportasi (Rp39,6 triliun), tenaga listrik (Rp43,9 triliun), migas & energi terbarukan (Rp37,2 triliun), konstruksi (Rp17,2 triliun), Jalan tol (Rp17,1 triliun), telematika (Rp22,6 triliun), perumahan rakyat & fasilitas kota (Rp10,9 triliun), dan infrastruktur lainnya (Rp14,7 triliun).
Sementara untuk pengembangan ekonomi kerakyatan, Bank Mandiri juga telah menyalurkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp10,54 triliun pada paruh pertama 2019, atau sekitar 42 persen dari target tahun ini dengan jumlah penerima sebanyak 138.090 debitur. Sekitar Rp5,4 triliun telah disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi, katanya.
Lalu pada program sosial kemasyarakatan, Bank Mandiri juga terlibat penuh pada penyaluran Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) kepada 1,6 juta keluarga penerima manfaat (KPM), dan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) kepada 612 ribu KPM. Tak hanya itu, kami juga memiliki Rumah Kreatif BUMN (RKB) di 19 kota/kabupaten yang telah membina lebih dari 12.000 pelaku Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) agar mereka dapat mengkaselerasi perkembangan bisnis, katanya
Pada agenda sinergi BUMN, Alexandra melanjutkan, pihaknya juga terlibat pada pengadaan sebanyak 14.216 ATM merah putih dan sebanyak 51.187 mesin EDC merah putih.
Baca juga: Bank Mandiri fokus garap dana kelolaan nasabah kaya
Baca juga: Bank Mandiri sebut belum ada kerja sama pembayaran dengan WhatsApp
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019