Proyek yang dimulai Oktober 2019 hingga Februari 2021 itu bertujuan meningkatkan faktor pemanfaatan pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Didanai oleh Organisasi Energi Baru dan Pengembangan Teknologi Industri (NEDO), sebuah lembaga pemerintah di bawah Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, percontohan tersebut akan diadakan di Patuha Geothermal Power Plant 1 di Jawa Barat.
Pembangkit listrik itu dimiliki oleh PT Geo Dipa Energi (Persero) atau GDE, perusahaan energi panas bumi milik negara.
Toshiba ESS akan memasang sistem diagnosa prediktif anomali menggunakan analisis data besar (big data analysis) di Patuha Geothermal Power Plant dan memeriksa data operasi pembangkit secara real-time, menurut Toshiba ESS dalam siaran persnya, Kamis.
Teknologi diagnostik prediktif tersebut menganalisis data operasional di masa lalu dan harian dari pembangkit listrik melalui berbagai sensor dengan analitis data besar dan memprediksi anomali dari peralatan di waktu mendatang, mendeteksi potensi masalah selama operasi normal.
Hasil analisis kemudian diberikan kepada Kantor Pusat GDE dan situs teknik Toshiba ESS melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk ditinjau, yang memungkinkan Toshiba ESS memverifikasi teknologi itu sebagai suatu keseluruhan sistem.
Indonesia saat ini memiliki sumber daya panas bumi yang melimpah --diperkirakan berkapasitas 29.500 MW, yang merupakan nomor dua terbanyak di antara semua negara.
Takao Konishi, Direktur dan Wakil Presiden Senior dari Divisi Sistem Daya di Toshiba ESS, menyambut baik berlanjutnya kolaborasi dengan GDE dalam proyek tersebut.
"Toshiba ESS telah memasok turbin uap dan generator serta peralatan tambahan dan manajemen utama ke Patuha Geothermal Plant sebelumnya dan kali ini kami meningkatkan keahlian kami dalam IoT dan AI untuk membantu perusahaan mengoptimalkan manajemen kinerja aset, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi risiko operasional melalui pemeliharaan yang dapat diprediksi," ujarnya.
Melalui demonstrasi itu, Toshiba ESS bertujuan menurunkan tingkat timbulnya masalah di pembangkit listrik tenaga panas bumi sebesar 20 persen dan mengurangi periode pemadaman yang tidak direncanakan di pembangkit listrik.
Peningkatan faktor pemanfaatan menyebabkan peningkatan jumlah listrik yang dihasilkan dan pengurangan biaya pembangkit.
Proyek percontohan ini menegaskan kembali komitmen Toshiba ESS dalam mencari solusi inovatif untuk menghasilkan energi bersih melalui pemanfaatan sumber daya terbarukan yang optimal dan berkelanjutan.
Baca juga: Nodeflux lengkapi sistem verifikasi data perbankan lewat AI
Baca juga: BPPT: Indonesia harus menguasai IoT AI dan cloud
Pewarta: Suryanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019