"Saya kerap mendengar sayup-sayup nama saya disebut dalam doanya," kata Firli dalam rilis yang diterima, Senin, terkait makna Hari ibu.
Firli menyebutkan beberapa sifat ibu, marah jika kita berbuat salah, cerewet jika teledor, banyak melarang dan banyak aturan. Itu sebenarnya bentuk kepedulian seorang ibu yang tak kenal lelah untuk menjaga, menyayangi dan mendidik anaknya.
"Bagi saya, Hari Ibu bukan sekedar seremoni tahunan belaka, tapi bagaimana kita memaknai esensi dan nilai dari pengorbanan seorang ibu, hingga pentingnya peran ibu bagi masa depan suatu bangsa," kata Firli.
Baca juga: Perempuan se-Jabodetabek gowes bersama peringati Hari Ibu
Baca juga: Wali Kota Risma pesan agar kaum perempuan tidak mudah menyerah
Masa depan suatu bangsa itu sebagian besar terletak pada kaum perempuan, karena peran ibu sangat penting dalam mendidik dan membentuk karakter seorang anak menjadi kuat, disiplin, jujur serta ber-ahlak mulia, yang ke depan akan menjadi pemimpin bangsa.
"Bagi saya ibu adalah segalanya, ibu sayalah yang mengenalkan saya dengan kenyataan hidup, tantangan dan dengan segenap peluangnya. Ibu selalu mengajarkan kepada apa arti kerasnya kehidupan dan hidup itu adalah perjuangan," kata Firli.
Menurutnya perjuangan dan kerja keraslah yang akan membentuk karakter pribadi seseorang, apakah akan menjadi pribadi yang gigih, pekerja keras pantang menyerah atau justru menjadi pribadi yang lemah dan cepat putus asa.
"Saya kira kita harus menempatkan diri untuk menjadi pribadi yang kokoh, pejuang, petarung tanpa mengenal kata menyerah sehingga muncul sebagai pemenang dengan tetap bertawakal serta penuh keyakinan bahwa semua atas kuasa dan kehendak Allah SWT Tuhan yang maha kuasa," ujarnya.
Ibu adalah sosok yang sangat menentukan bagi perjalanan anak-anaknya dan bahkan surga ada di bawah telapak kaki ibu. Pepatah itu punya makna implisit, bahwa langkah kaki ibu-lah yang menentukan nasib anaknya.
Beberapa waktu lalu, saya berziarah ke makam ayah dan ibu saya di Desa Lontar, Sumatera Selatan. Saya sadar betul bahwa apa yang kita capai saat ini karena jasa orang tua, seorang ibu.
"Saya menilai pengabdian kepada orang tua tidak hanya saat mereka masih hidup, ketika mereka meninggal pun wajib dilakukan. Berziarahlah ke makam orang tua untuk berdoa, Insya Allah akan saya lalukan setiap waktu. Jika belum bisa berziarah, doa-doa tentunya selalu kita lantunkan untuk mereka," ujarnya.
Firli juga memberikan catatan dalam tulisan tersebut, "Kalau tulisan itu dibuat setelah teringat dengan ibu yang telah meninggalkannya sejak 23 tahun yg lalu (21 juli 1997) ketika bertugas di Liquisa Timtim sekarang Timor Leste."*
Baca juga: BKKBN: Peran perempuan menentukan kemajuan derajat masyarakat
Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan Indonesia masih hadapi ketidakadilan
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019