Puluhan pulau di kawasan Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, yang masuk dalam pengawasan Balai Taman Nasional Kepulauan Togean dimanfaatkan sebagai objek wisata guna mendukung peningkatan sektor pariwisata daerah.Di Togean terdapat sekitar 480 pulau dan tidak semua dikelola untuk kegiatan pariwisata
Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (BTNKT) Bustang yang di hubungi dari Palu, Senin mengatakan pulau dan perairan Kepulauan Togean merupakan satu kesatu yang tidak terpisahkan yang masuk dalam pengawasa TNKT baik dalam kawasan lindung maupun produksi.
"Di Togean terdapat sekitar 480 pulau dan tidak semua dikelola untuk kegiatan pariwisata," ungkap Bustang.
Dia memaparkan, sejumlah pulau yang populer saat ini telah dimanfaakan sebagai destinasi wisata antara lain Pulau Una-Una, Pulau Batudaka, Pulau Malenge, Pulau Walea Besar, Walea Kepulauan dan Pulau Kadidiri termasuk Pulau Togean dimana destinasi wisata tersebut menawarkan keindahan bawah laut dan hutan bakau.
Kawasan TNKT memiliki luas perairan kurang lebih 362.605 hektare terdiri atas hutan lindung seluas 10.659 hektare, hutan produksi terbatas seluas 193 hektare. Sementara, hutan produksi tetap seluas 11.759 hektare serta hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 3.221 hektare.
Dimana wilayah Kepulauan Togean tepat berada di tengah Teluk Tomini dan masih memiliki banyak spesies binatang laut dilindungi yang hidup di perairan dan daratan.
"Kepulauan Togean saat ini telah ditetapkan sebagai kawasan cagar biosfer oleh UNESCO. Kondisi ini sangat mengunutungkan untuk mengembangkan sektor pariwisata," kata Bustang menambahkan.
Dia menjelaskan, guna meningkatkan kunjungan wisatawan, TNKT bersama pemerintah setempat menyusun perencanaan pembangunan objek dan daya tarik wisata berkelanjutan, promosi wisata yang mengedepankan isu-isu lingkungan sebagai langka menjaga keberlangsungan ekosistem alam dan laut.
"Kedepan kami lebih sering membahas upaya-upaya peningkatan sinergi melalui forum dan komunukasi tentang pengembangan cagar biosfer Togean," ujarnya.
Disisi lain, paparnya, TNKT juga telah melakukan pembinaan ekonomi masyarakat melalui interfensi program pemberdayaan dengan menyediakan sekitar 1.000 kepiting bakau atau "Crab Ball" kepada kelompok binaan termasuk alat tangkap ikan diberikan kepada sejumlah kelompok untuk mendukung kegiatan nelayan di wilayah tersebut.
"Program pendukung pengembangan cagar biosfer bertumpu pada tiga sektor yakni lingkungan, sosial-ekonomi dan pariwisata," kata Bustang.
Pewarta: Muhammad Arshandi/Moh Ridwan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019