• Beranda
  • Berita
  • Luhut bertemu CEO DFC, ungkap minat investasi miliaran dolar

Luhut bertemu CEO DFC, ungkap minat investasi miliaran dolar

10 Januari 2020 11:20 WIB
Luhut bertemu CEO DFC, ungkap minat investasi miliaran dolar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. ANTARA/Ade Irma Junida/am.

Komitmen mereka ini multi billion dollar investments di Indonesia. Kami mau segera mulai. Jadi, working team sudah langsung bekerja

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menggelar pertemuan dengan CEO US International Development Finance Corporation (DFC) Adam Boehler, di mana dalam pertemuan tersebut terungkap minat lembaga itu untuk berinvestasi hingga miliaran dolar AS.

"Kita baru diskusi dengan Pak Adam, dia ini CEO International Development Finance Corporation, yang dulunya OPIC (Overseas Private Investment Corporation) yang punya funds (dana) sekarang ini kira-kira 60 miliar dolar AS. Tapi bisa lebih dari 200 miliar dolar AS dan itu bisa juga sampai triliunan dolar," kata Luhut ditemui seusai pertemuan di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi Jakarta, Jumat.

Menurut Luhut, berdasarkan diskusi dengan Adam, Amerika Serikat punya komitmen untuk berinvestasi di Indonesia dan kemungkinan akan masuk di sejumlah proyek investasi seperti jalan tol di Jawa atau Sumatera, pariwisata, hingga masuk ke Sovereign Wealth Fund (SWF) yang akan dibentuk Indonesia.

Dalam investasi AS itu, lanjut dia, negara adi daya tersebut juga akan bisa bermitra dengan negara lain seperti Jepang, Australia atau lainnya.

"Komitmen mereka ini multi billion dollar investments di Indonesia. Kami mau segera mulai. Jadi, working team sudah langsung bekerja," kata Luhut.

Dalam kesempatan yang sama, Adam Boehler menjelaskan lembaga yang baru dibentuk dua pekan itu memiliki dana investasi dari pemerintah AS sebesar 60 miliar dolar AS (sekitar Rp840 triliun) dan bisa berkembang empat hingga lima kali lipat menjadi 200 miliar dolar AS (sekitar Rp2.800 triliun, kurs Rp14.000).

Dana miliaran dolar AS itu akan diinvestasikan ke sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Di atas kami bicara soal investasi infrastruktur, kesehatan, jalan dan energi. Saya rasa ke depan Anda akan melihat AS sangat aktif berinvestasi," katanya.

Adam juga mengapresiasi upaya Presiden Jokowi yang fokus untuk mendorong modal swasta yang menurutnya akan merubah pandangan pebisnis AS.

"Investasinya miliaran dolar, itu baru porsinya, tapi akan ada lebih dari puluhan miliar dolar dari perusahaan swasta AS," jelas Boehler.

Ia menambahkan, masih butuh waktu sekitar satu atau dua bulan ke depan untuk memastikan nilai investasi atas proyek yang akan digarap di Indonesia.

"Yang pasti miliaran dolar AS yang akan mengarah ke puluhan miliar dolar modal swasta," kata Boehler.

Dalam pertemuan yang digelar pukul 09.00 WIB itu juga turut hadir Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Tiko, sapaan akrabnya, menjelaskan pemerintah masih akan menawarkan sektor yang bisa digarap oleh DFC. Pemerintah dan lembaga itu masih membahas soal struktur dan sektor yang bisa dimasuki.

"Saya rasa tiga (sektor) tadi, toll road, kemudian tourism untuk kawasan turis baru dan dari sisi infrastruktur perhotelannya serta yang ketiga renewable energy," katanya menjelaskan tiga sektor yang kemungkinan bisa dimasuki DFC.

US International Development Finance Corporation (DFC) adalah bank pembangunan Amerika Serikat yang bermitra dengan sektor swasta untuk memberikan pendanaan bagi negara-negara berkembang saat ini.

DFC berinvestasi di bidang energi, layanan kesehatan, infrastruktur penting dan proyek-proyek telekomunikasi, dan menyediakan pendanaan untuk usaha kecil serta perempuan pelaku wirausaha, hingga menciptakan lapangan pekerjaan di pasar-pasar yang sedang berkembang.

Baca juga: Presiden Jokowi ajak Jepang investasi di Natuna

Baca juga: Kaya potensi, Luhut yakini Indonesia akan jadi negara besar

Baca juga: Luhut tawarkan Singapura peluang investasi di ibu kota baru



 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020