Peneliti gizi A.A. Sagung Indriani Oka mengungkapkan tentang beberapa faktor penyebab masih terjadi persoalan kekurangan gizi di masyarakat Indonesia, termasuk di antaranya ketidaktahuan mengolah bahan.Selain itu, terdapat pula faktor kemungkinan makanan bergizi dan bervariasi tidak tersedia di tempat mereka tinggal
"Selain ketidakmampuan untuk membeli dan ketidaktersediaan di daerahnya, ada satu yaitu mungkin tidak tahu cara mengolah. Jadi ada di depan mata tapi tidak tahu itu bisa dikonsumsi dan tidak tahu cara mengonsumsinya," kata peneliti Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Center for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) itu ketika dihubungi di Jakarta pada Jumat.
Permasalahan kekurangan gizi yang masih menghantui beberapa sektor di masyarakat, kata dia, bisa saja karena keterbatasan ekonomi yang membuat mereka tidak bisa membeli bahan pangan sarat gizi.
Selain itu, terdapat pula faktor kemungkinan makanan bergizi dan bervariasi tidak tersedia di tempat mereka tinggal.
Akan tetapi, katanya, ada saat di mana permasalahan gizi bisa terjadi karena masyarakat tidak mengetahui bahwa beberapa bahan makanan yang di sekitarnya ternyata memiliki kandungan gizi yang tinggi.
"Jadi menurut saya, kalau kita mau mengajak orang-orang untuk lebih sadar akan perilaku baik dalam makan makanan bergizi dan hidup yang sehat dan bergizi tidak cukup hanya membekali pengetahuan makanan bergizi tapi juga meningkatkan 'awareness' tentang pengolahannya," kata dia.
Untuk itu, menjelang Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap 25 Januari, Indri berharap, adanya peningkatan kesadaran masyarakat tentang jenis makanan bergizi serta cara-cara pengolahan yang tepat.
Baca juga: Akademisi: Hari Gizi 25 Januari, momentum genjot kampanye makan ikan
Baca juga: Pakar: Pengetahuan tentang gizi harus diajarkan sejak dini
Baca juga: Ahli gizi: Penuhi gizi 1000 hari pertama anak untuk cegah stunting
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020