Liverpool bakal segera mengakhiri penantian 30 tahun gelar juara liga, namun dalam empat laga terakhirnya terlihat menurun yang berpuncak pada penaklukan besar yang paling menghebohkan di Liga Inggris musim ini oleh tim yang terpaut 22 poin di bawah mereka yang sedang berjuang melawan degradasi.
Norwich merepotkan Liverpool di Carrow Road beberapa hari sebelumnya sehingga terpaksa cuma bisa menang tipis, sedangkan West Ham sempat memimpin sampai 22 menit terakhir lima hari setelah Atletico Madrid mengalahkan Liverpool di Liga Champions.
Baca juga: Mimpi "invincible" Liverpool terkubur di markas Watford
Bukan dua Manchester, bukan Chelsea, bukan Liecester City, Arsenal atau Tottenham, yang merusak mimpi Liverpool memecahkan rekor 19 kali menang berturut-turut di liga dan juga menyamai Arsenal menjuarai liga tanpa satu kali pun kalah.
Tapi ini Watford, tim sekelas Norwich dan West Ham yang sama-sama terhuyung-huyung di lapis paling bawah klasemen Liga Premier.
Bagaimana bisa Watford mengalahkan Liverpool yang begitu perkasa, dengan skor 3-0 yang Manchester City pun teramat sulit melakukannya. Inilah lima hal versi Sky Sports mengapa Liverpool tumbang oleh tim yang kelasnya sangat jauh di bawahnya itu.
Kabasele dan Cathcart lumpuhkan trisula Liverpool
Kemenangan Watford atas Liverpool adalah berita paling menghebohkan sejak Leicester mengalahkan Manchester United 3-0 pada 23 November 1985.
Kunci kemenangan mereka adalah barisan belakang. Tim asuhan Juergen Klopp untuk pertama kalinya sejak ditahan seri 0-0 oleh Manchester United pada 24 Februari 2019, cuma bisa melepaskan satu tendangan on target, karena trisula maut mereka kesulitan menembus duet Christian Kabasele dan Craig Cathcart yang disiplin selama 90 menit menjaga kiper Ben Foster dari agresi penyerang Liverpool.
Baca juga: Selamati Watford, Juergen Klopp akui kalah itu menyakitkan
Kabasele menciptakan 13 sapuan berpotensi mengawali gol Liverpool, sedangkan Cathcart 10 kali. "Kami memiliki sebuah strategi bermain dan kami menaatinya dengan baik sekali," kata Foster kepada Sky Sports.
Timing adalah segalanya
Manajer Liverpool Jurgen Klopp mengaku tidak menyangka bisa kalah 0-3 melawan Watford dan dia mengakui timnya tidak mengawali laga dengan baik sampai kemudian mereka menyadarinya.
Tetapi setiap waktu Liverpool berusaha menaikkan tempo, mereka kesulitan menembus pertahanan berlapis nan kompak Watford yang memperdaya mereka dengan serangan balik yang cepat nan maut.
Kepada Sky Sports, Klopp berkata, "Kami ingin bermain lebih cepat. Bersama dua full-back yang turut menyerang, mereka bertahan dalam formasi 6-3-1, jadi kami harus memikirkan cara mengurai formasi itu. Kami tak mampu menemukan ruang kosong dan meneruskan bola tidaklah mudah."
Baca juga: Van Dijk kecewa performa Liverpool tapi ikrarkan segera bangkit
Itu membuat The Reds kehilangan momentum dalam mengendalikan waktu atau timing, dan hal ini sangat merugikan Liverpool sehingga untuk kedua kalinya pada dua laga terakhirnya mereka tertinggal lawannya setelah pada 15 pertandingan sebelum ini tak pernah tertinggal lawan-lawannya.
"Ada kesalahan fatal yang dilakukan Liverpool," kata mantan bintang Liverpool Jamie Redknapp kepada Sky Sports. "Virgil van Dijk biasanya tampil lebih baik ketika kebobolan dan saya kira Watford memiliki strategi bermain yang sungguh mempersulit barisan belakang."
Doucoure dominasi duel lapangan tengah
The Hornets memenangkan 46 duel lapangan tengah, sedangkan sang calon juara liga 37 kali. Watford bisa saja dihadiahi hattrick oleh Sarr kalau saja dia tidak kalah duel melawan Adam Lallana di lapangan tengah.
Pearson menjejali skuatnya dengan Abdoulaye Doucoure yang bermain melapis Troy Deeney, tetapi keatletisannya telah membuat dia turut menyesaki lapangan tengah bersama Will Hughes dan Etienne Capoue sehingga Liverpool menjadi seolah kalah jumlah pemain di tengah.
Baca juga: Watford jadikan kemenangan atas Liverpool momentum bangkit
Doucoure melepaskan umpan yang jauh lebih banyak dari rekan-rekan satu timnya dengan 20 umpan, dan pemain Prancis ini melakukan 16 kali sprint menggiring bola yang jauh lebih banyak dari pemain mana pun dalam laga ini.
"Kami menjadi tim yang sangat sulit dikalahkan di sini, kami menghadapi langsung pemain lawan dan itulah yang kami lakukan," kata Deeney kepada Sky Sports.
Hornets andalkan kecepatan Sarr
Kemenangan Watford mungkin akan jauh lebih impresif lagi jika mempertimbangkan peran Gerard Deulofeu yang terpaksa keluar lapangan pada menit ke-37 karena cedera.
Pemain Spanyol ini sangat merepotkan Trent Alexander-Arnold di sektor kiri permainan. Dan ditariknya dia telah membuat tuan rumah Watford kehilangan momentum.
Tetapi pada jeda sebelum babak kedua, Pearson mengingatkan pemain-pemainnya bahwa Liverpool rentan menghadapi serangan balik nan cepat, dan itu terbukti ketika Sarr yang bermanuver cepat berhasil melesakkan dua gol karena kecepatan bergeraknya. Uniknya, pemain Senegal ini baru pertama kali diturunkan sebagai starter sehabis sembuh dari cedera hamstring.
"Kami sudah tahu kami harus mengandalkan keberuntungan setiap waktu, tetapi kami telah melancarkan serangan balik yang agresif. Kami memiliki pertahanan yang rapat dan padu serta dengan kecepatan Sarr, Anda selalu punya peluang," kata Deeney.
Baca juga: Nilai raport pemain saat Watford tumbangkan Liverpool
Sarr adalah pemain pertama Liga Premier yang dua kali membobol Liverpool dalam satu pertandingan sejak Marcus Rashford melakukannya untuk Manchester United pada Maret 2018.
Watford bidik Lovren si titik lemah Liverpool
Joe Gomez sudah menjadi starter pada 12 pertandingan Liga Premier sebelumnya untuk Liverpool, tetapi Minggu dini hari tadi dia tidak diturunkan sebagai starter.
Liverpool sudah 10 kali mengakhiri laga tanpa kebobolan sebelum melawan Watford, tetapi sekalinya kebobolan The Reds langsung kebobolan tiga gol yang pertama kali terjadi sejak 2017. Dejan Lovren, si pengganti Gomez, dianggap sebagai biang keladi gol pembuka Watford.
"Van Dijk itu kelas atas...bagi saya dia mungkin lima bek teratas dunia, dia 6 kaki 6 inci (tinggi), dia cepat...jadi akan sulit melawan dia, oleh karena itu Anda berusaha mencari yang terlemah dari dua itu, seandainya itu masuk akal," kata Deeney.
"Saya bukannya tak menghormati Dejan Lovren, tetapi saya tahu dia ingin juga ingin melawan saya dan pertandingan tadi adalah milik saya. Jika Anda mencoba melakukannya, Anda tahu akan seperti apa Anda pada malam yang berat itu. Dia melakukannya saat gol pertama kami, sudah pasti saya menggulungnya dan kami pun mencetak gol. Dia bahkan tak melihat bola."
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020