• Beranda
  • Berita
  • Kasus baru corona di China berlipat ganda karena dari luar negeri

Kasus baru corona di China berlipat ganda karena dari luar negeri

24 Maret 2020 15:08 WIB
Kasus baru corona di China berlipat ganda karena dari luar negeri
Perawatan medis untuk pasien corona
Kasus baru virus corona di China daratan meningkat dua kali lipat, dipicu oleh lonjakan pelancong China yang terinfeksi dan kembali dari luar negeri.

Hal ini meningkatkan risiko penularan di kota dan provinsi di China yang tidak mencatat infeksi baru dalam beberapa hari terakhir.

China mencatat 78 kasus baru pada Senin (23/3) atau meningkat dua kali lipat dari Minggu (22/3), menurut Komisi Kesehatan Nasional. Dari kasus baru tersebut, 74 adalah infeksi dari luar negeri yang meningkat dibandingkan 39 kasus sehari sebelumnya.

Ibu kota Beijing adalah yang paling terpukul dengan catatan 31 kasus dari luar negeri, disusul Provinsi Guangdong dengan 14 kasus, dan hub finansial Shanghai dengan sembilan kasus. Jumlah total kasus dari luar negeri tercatat 427 pada Senin.

China kini memperketat pembatasan di Beijing dan kota-kota besar lainnya, seiring dengan pengenduran aturan di Provinsi Hubei yang merupakan episentrum virus---yang telah memperlihatkan meredanya epidemi.

Pada Selasa, Komisi Kesehatan Hubei menyatakan akan mencabut larangan perjalanan terhadap orang-orang yang meninggalkan provinsi itu mulai 25 Maret, dengan pengecualian terhadap ibu kota provinsi yakni Wuhan.

Di Wuhan, yang merupakan episentrum wabah di China, larangan perjalanan akan dicabut pada 8 April.

Kota itu telah dikarantina sejak 23 Januari ketika pemerintah menutup jalan-jalan, akses kereta api dan bandara. Penduduk akan segera diizinkan meninggalkan kota dengan kode pelacakan kesehatan, kode QR yang akan menghubungkan status kesehatan seseorang dengan kode pelacakan kesehatan.

Di bagian lain Negeri Tirai Bambu, pihak berwenang terus memberlakukan pemindaian dan karantina, dan telah mengalihkan penerbangan internasional dari Beijing ke kota-kota China lainnya.

Namun, langkah ini tidak mampu membendung masuknya warga negara China, banyak diantaranya adalah pelajar yang kembali ke rumah dari negara-negara yang terdampak virus.

Pemerintah kota Beijing memperketat aturan karantina bagi individu yang tiba dari luar negeri, dan menyatakan bahwa setiap orang yang masuk ke kota itu akan menjalani karantina terpusat dan pemeriksaan kesehatan.

Kota Shenzhen pada Selasa menyatakan akan menguji semua pendatang, sementara Macau akan melarang pengunjung dari China daratan, Hong Kong, dan Taiwan.

Jumlah infeksi lokal dari kedatangan di luar negeri, yang pertama dilaporkan di pusat perjalanan selatan Guangzhou pada Sabtu, tetap sangat kecil.

Pada Senin, Beijing mencatat kasus pertama warga lokal terinfeksi oleh seorang pelancong internasional yang tiba di China. Shanghai melaporkan kasus serupa, sehingga jumlah total infeksi tersebut menjadi tiga sejauh ini.

Kekhawatiran gelombang infeksi baru

Dari empat infeksi baru China yang ditularkan secara lokal pada Senin, satu terdapat di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei. Selama lima hari sebelumnya, tidak ada infeksi baru dilaporkan di kota itu.

Orang yang baru terinfeksi adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit di Wuhan, menurut pernyataan dari komisi kesehatan pemerintah setempat. Mereka tidak mengesampingkan bahwa dokter mungkin telah terinfeksi saat berada di rumah sakit.

Guangdong melaporkan pada Senin sebuah kasus lokal terkait dengan orang yang terinfeksi dari Hubei.

Pembuat kebijakan sadar akan potensi ketidakstabilan sosial dan gangguan ekonomi yang dapat ditimbulkan oleh gelombang infeksi baru, terutama di Hubei, di mana pabrik dan bisnis baru saja mulai melanjutkan pekerjaan.

Sebuah survei pribadi pada Selasa menunjukkan bahwa kontraksi 10-11 persen dalam produk domestik bruto kuartal pertama "tidak masuk akal".

Banyak orang China mengatakan mereka tetap khawatir tentang kemungkinan gelombang infeksi baru karena lebih banyak orang kembali bekerja karena pembatasan perjalanan yang parah dikurangi dengan infeksi yang melambat.

Mereka juga berhati-hati dalam membelanjakan terlalu banyak, mengkhawatirkan keamanan pekerjaan karena ekonomi melambat.

Epidemi ini telah menghantam semua sektor ekonomi---mulai dari manufaktur hingga pariwisata. Untuk membujuk bisnis agar terbuka kembali, pembuat kebijakan telah menjanjikan pinjaman, bantuan, dan subsidi.

Di Beijing, kota ini membuka kembali bagian Badaling di Tembok Besar, bagian yang sangat ramai dari Situs Warisan Dunia UNESCO.

Di provinsi Gansu yang miskin, pejabat pemerintah masing-masing diharuskan menghabiskan setidaknya 200 yuan (sekitar Rp464 ribu) per minggu untuk memacu pemulihan industri katering lokal.


Sumber: Reuters

Baca juga: Kepala BNPB : Penegakkan hukum bisa jadi prioritas tangani COVID-19

Baca juga: Menlu RI, Jepang berdiskusi tentang penyebaran COVID-19

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020