Yang menarik, ekspor dijalankan langsung oleh Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) kepada mitranya di luar negeri
Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara, melakukan ekspor perdana kopra putih ke China sebanyak 12 ton, pada Minggu (10/6).
"Yang menarik, ekspor dijalankan langsung oleh Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) kepada mitranya di luar negeri. Bumdesma didirikan oleh Bumdes-Bumdes tiap desa. Kali ini ekspor dilayangkan ke China, dan segera ditambah dengan ekspor ke India dan Bangladesh," papar Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu.
Ia menyatakan peristiwa ekspor kopra putih ini penting bagi desa di tengah pandemi COVID-19. Apalagi, ada kecenderungan kembalinya pemudik ke desa meningkatkan orang dalam pantauan (ODP) dan berpotensi memunculkan penderita COVID-19.
Gus Menteri, demikian ia biasa disapa, menjelaskan ekspor perdana 12 ton kopra ini akan diikuti ekspor berikutnya minimal 100 ton per bulan. Nilai eskpor saat ini berkisar di posisi Rp110 juta, namun pada bulan-bulan berikutnya ditargetkan meningkat di atas Rp1,2 miliar per bulan.
Disampaikan bahwa, bisnis model yang dikembangkan berupa fasilitasi dari PT Inacom yang digandeng Kementerian Desa PDTT. Codiac.id selaku mitra pendampingan Inacom.id memberdayakan para petani kopra sejak dari perbaikan pengolahan lahan, pengelolaan kebun kopra yang lebih terfokus, hingga pengolahan kelapa lebih lanjut.
Dijelaskan, berbagai mitra luar negeri yang semula berbisnis dengan Inacom kemudian dikenalkan kepada Bumdesma. Pada titik inilah muncul kontrak jual beli langsung antara mitra luar negeri dan Bumdesma Buton Utara.
Hasil kopra petani dibeli Bumdes dan Bumdesma, yang kini bertindak sebagai pemodal awal dengan kekayaan dari dana desa dan sumbangan lain.
Saat ini, dikemukakan, pendapatan para petani meningkat. Sebelumnya, harga yang diterima petani ialah Rp500 per butir kelapa. Kini, rata-rata harga kopra putih Rp1.200 per butir kelapa. Artinya, terjadi peningkatan hampir tiga kali lipat.
Kondisi itu membuat gairah penanaman kelapa meningkat. Bersama-sama dengan pola pengolahan baru, tenaga kerja yang terserap meningkat hampir dua kali lipat.
Diceritakan, ekspor kopra putih itu dimulai dari pertemuan Gus Menteri dengan Bupati Buton Utara, Abu Hasan, pada 9 Januari 2020. Topik pertemuan saat itu ialah meningkatkan kapasitas produksi dan pemasaran bagi produk-produk unggulan desa-desa di Buton Utara.
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal menindaklanjutinya dengan mengajak berbagai perusahaan swasta langsung mendatangi desa-desa setempat. Kini, telah berhasil diekspor kopra putih olahan, dan masih ada rencana ekspor lanjutan.
Potensi Buton Utara yang dikembangkan lebih lanjut bersama-sama berbasis industri dan korporasi desa mencakup komoditas mente (7.000 ha), kelapa 6.500 ha (melalui industri coconut oil, VCO dan kopra putih), rumput laut 1.000 ha eksisting berikut tambahan perluasan potensial 7.000 ha, serta beras organik varietas lokal hitam dan merah seluas 1.000 Ha.
Baca juga: Kemampuan pasok masih rendah, Kopra putih diminati pasar India
Baca juga: Buton Utara menantikan investor energi panas bumi
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020