• Beranda
  • Berita
  • Kondisi lingkungan hidup pengaruhi pengendalian COVID-19

Kondisi lingkungan hidup pengaruhi pengendalian COVID-19

30 Mei 2020 21:26 WIB
Kondisi lingkungan hidup pengaruhi pengendalian COVID-19
Ilustrasi. Petugas Damkar Jakarta Selatan melakukan penyemprotan disinfektan di ruas jalan protokol wilayah Jakarta Selatan, untuk mencegah penyebaran virus corona penyebab COVID-19, Sabtu (30/5/2020) (ANTARA/HO-Damkar Jakarta Selatan)
Profesional Lingkungan (Profling) menilai kondisi lingkungan hidup berpengaruh terhadap praktik pencegahan dan pengendalian COVID-19.

"Semakin baik kualitas lingkungan hidup, maka semakin tinggi pula ketangguhan diri keluarga dan imunitas," kata Ketua Umum Profesional Lingkungan (Profling) Dr Tasdiyanto R SP MSi CEIA, dalam webinar bertema "Merajut Solusi Pandemi Berbasis Rekayasa Ekologi".

Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu, Tasdiyanto mengatakan, beberapa studi menginformasikan buruknya kualitas udara juga berpengaruh terhadap tingkat imunitas seseorang.

Artinya, kata dia, semakin buruk imunitas seseorang maka semakin rentan terhadap virus di sekitarnya.

Ditambahkannya peningkatan limbah medis juga berpotensi menularkan penyakit jika tidak terkelola dengan baik.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengeluarkan Surat Edaran mengenai pengelolaan limbah infeksius, termasuk limbah dari penanganan pasien COVID-19 di fasilitas kesehatan.

Menurut Surat Edaran tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19), lanjutnya perlu dikelola sebagai limbah B3 sekaligus untuk mengendalikan dan memutus penularan Covid-19.

Sejauh ini, pengelolaan limbah B3 masih merujuk pada teknologi incenerator, yang belum seutuhnya efisien dan ramah lingkungan, ujar Tasdiyanto.

Di sisi lain, praktik pencegahan dan pengendalian Covid-19 tidak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungan hidup.

Selain itu, menurut dia, pemanfaatan air bersih sebagai media pendukung daya tahan tubuh seseorang juga mempengaruhi dalam pencegahan dan penanggulangan COVID-19.

Berkurangnya cairan dalam tubuh atau dehidrasi juga menjadikan orang rentan terkena virus, tambahnya, sajian air minum yang berkualitas hasil rekayasa teknologi akan berkontribusi pula dalam pencegahan dan pengendalian virus.

"Artinya, proses pemulihan paska pandemi Covid-19 sangat erat berhubungan dengan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang tersedia," katanya.

Profling yang merupakan kumpulan pakar lingkungan, menurut Tasdiyanto, sangat berempati terhadap pandemi Covid-19, dan ikut terpanggil untuk memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan.

"Kita menyadari bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak asasi setiap umat manusia. Profesional lingkungan hadir dari berbagai kompetensi lingkungan yang tersebar di seluruh Indonesia mendorong lahirnya inovasi dan rekayasa untuk penanganan, pencegahan, dan pengendalian COVID-19," katanya.

Selain itu, Dr. Tasdiyanto, juga mengatakan, pendekatan teknologi dan rekayasa ekologi yang tepat, diyakini akan dapat memberikan efek psikologis menghilangkan keresahan dan membangkitkan semangat bekerja kembali seluruh komponen masyarakat dalam memasuki tatanan normal baru.

"Dengan demikian pendapatan dan kesejahteraan masyarakat akan kembali bergerak meningkat. Dalam hal pengembangan teknologi dan rekayasa ekologi karya anak bangsa sendiri juga akan berkontribusi meningkatkan perekonomian nasional." katanya.

Baca juga: Aktivis minta Pemerintah Aceh serius pulihkan fungsi hutan
Baca juga: Jumlah sampah warga DKI Jakarta turun saat Lebaran
Baca juga: Kualitas udara Jakarta membaik saat Idul Fitri

 

Pewarta: Subagyo
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020