Ahli sebut mutasi COVID-19 lebih mudah menyebar

24 Juli 2020 14:20 WIB
Ahli sebut mutasi COVID-19 lebih mudah menyebar
Ilustrasi - virus Corona / COVID-19 (Destyan Handri Sujarwoko)
Mutasi virus corona baru atau COVID-19 telah menjadi jenis virus yang paling dominan dan menyebabkan wabah menyebar lebih cepat di seluruh dunia, kata seorang ahli.

Profesor Nick Loman, dari University of Birmingham, yang merupakan bagian dari Konsorsium Genomics COVID-19, mengatakan kepada program Radio Today BBC Radio 4 bahwa mutasi tersebut, yang dikenal sebagai D614G, membentuk kelompok terinfeksi lebih cepat di Inggris daripada virus aslinya yang dari Wuhan.

"Itu ada dalam lonjakan protein, yang merupakan cara yang sangat mudah untuk virus corona memasuki sel manusia, dan kami telah memperhatikan di Inggris dan di seluruh dunia bahwa frekuensi mutasi ini telah meningkat," kata Loman seperti dikutip dari New York Post, Jumat.

Baca juga: WHO: 30 persen sampel COVID-19 tunjukkan mutasi tapi tidak memperparah

Baca juga: Ahli: Virus Corona lebih lambat bermutasi dibanding virus influenza


"Mutasi ini pertama kali diprediksi oleh pemodelan komputer. Mutasi ini memiliki dampak pada struktur protein sehingga kemampuan virus mengikat dan mampu memasuki sel. Hal ini baru-baru saja ditunjukkan dalam percobaan laboratorium untuk meningkatkan inefektifitas sel virus," tambah Loman.

Para ilmuwan mendapat kesimpulan ini setelah menganalisis lebih dari 40.000 genom di Inggris, kata Loman. Meskipun lebih mudah menyebar, mutasi baru itu tidak diyakini menyebabkan risiko kematian yang lebih besar atau tinggal di rumah sakit yang lebih lama, lapor Telegraph.

Loman menyebut mutasi itu "mutasi yang paling dominan" karena kasusnya mencapai 75 persen.

"Peningkatan mutasi ini adalah fenomena di seluruh dunia. Virus asli dari Wuhan memiliki tipe-D, tetapi tipe-G telah menjadi jauh lebih dominan di seluruh dunia, termasuk Inggris," kata Loman.

Namun Loman menegaskan bahwa strain tersebut diperkirakan tidak berdampak pada proses menemukan vaksin untuk COVID-19.

Baca juga: Mahasiswa Indonesia ikut teliti vaksin COVID-19 di Oxford Inggris

Baca juga: Ilmuwan di China mulai uji klinis tahap dua vaksin COVID-19

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020