Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) NU Jawa Barat (Jabar) KH Agus salim Mawardi yang memimpin kegiatan itu mengatakan tahlil dan istighatsah itu dilakukan sebagai tanda berkabung dan mendoakan almarhum mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid.
Ratusan jemaah yang hadir terlihat khusuk mengikuti doa bersama itu. "Kami berdoa bersama atas kepergian Gus Dur, semoga Allah SWT memberikan tempat yang terhormat bagi beliau," katanya.
Pada Kamis siang, mahasiswa di berbagai kampus di Kota Bogor menggelar tahlilan untuk mendoakan almarhum Gus Dur.
Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Bogor Ahmad Khoirul Umam mengatakan para aktivis PMII di kota ini melepas kepergian Gus Dur dengan menggelar tahlil.
Menurut Umam, PMII Kota Bogor telah mengeluarkan instruksi kepada semua kadernya dari berbagai kampus agar melakukan tahlil di tempat masing-masing.
"Kami akan melakukan tahlil selama sepekan, melepas kepergian Gus Dur dengan doa. Kami berharap Gus Dur mendapatkan tempat terhormat di sisi Allah, dan cita-cita perjuangannya dapat kami lanjutkan," kata mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor itu.
Selain menggelar tahlil, PMII juga menyerukan kepada kader-kadernya untuk mengibarkan bendera merah putih setengah tiang sebagai bentuk penghormatan terakhir atas kepergian Gus Dur.
"PMII merasa kehilangan atas wafatnya Gus Dur. Hal itu bukan semata-mata karena Gus Dur merupakan ulama besar dan tokoh NU, namun karena kegigihannya mencurahkan semua energi sepanjang hidup untuk memperjuangkan keadilan, toleransi antarumat beragama, serta kemanusiaan antarbangsa," kata Umam.
Ia mengatakan perjuangan yang telah dilakukan Gus Dur sepanjang hidupnya merupakan teladan terbaik bagi bangsa Indonesia yang harus dilanjutkan demi mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran yang berkelanjutan bagi bangsa ini.
"Gus Dur merupakan tokoh besar Bangsa Indonesia yang disegani dunia. Gus Dur tokoh terbesar kedua yang dimiliki Indonesia setelah Bung Karno. Sulit mencari tandingan atau pengganti Gus Dur," katanya. (*)
Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009