Melalui webinar yang diinisiasi Komite Olimpiade Nasional (NOC) Indonesia, Menteri PPPA mengatakan bahwa masih ada pandangan masyarakat yang belum bisa menaruh kepercayaan penuh atas kemampuan dan daya juang atlet perempuan.
"Masyarakat di Indonesia punya pandangan terkait gender sebelum mengambil keputusan. Ini yang mempengaruhi tingkat partisipasi atlet perempuan meskipun nyatanya banyak atlet perempuan yang akhirnya membuktikan kualitasnya di tingkat dunia dan bahkan Olimpiade," kata mantan atlet tenis meja asal Bali itu dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Aries Susanti Rahayu, pemecah rekor dan perayaan prestasi perempuan
Hambatan utama bagi perempuan di bidang olahraga disebabkan adanya konstruksi sosial dan pandangan masyarakat yang merugikan. Oleh karenanya atlet perempuan harus mendapat dukungan dan pemberdayaan yang sama baiknya dengan atlet pria, katanya.
"Kita harus mengubah pandangan agar mau berinvestasi pada perempuan di olahraga. Kita juga harus memperkuat tekat atlet supaya bisa meningkatkan prestasi setinggi-tingginya," katanya menjelaskan.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Woman In Sport NOC Susan Soebakti bahwa masuknya peran perempuan ke dalam dunia olahraga merupakan sebuah upaya menyampaikan pesan kesetaraan gender.
Sehubungan dengan target Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032, ia berharap keikutsertaan perempuan dalam pesta olahraga terbesar di dunia ini bisa semakin meningkat signifikan.
"Melalui diskusi ini juga semoga bisa menjadi sumber informasi dan bahan masukan untuk mengembangkan perempuan dalam bidang olahraga maupun bidang strategis lainnya," Susan menyebutkan.
Baca juga: Erick Thohir sebut perempuan berkontribusi dalam ASIAN Games 2018
Baca juga: Liliyana Natsir: Atlet putri jangan manja dan cengeng
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020