• Beranda
  • Berita
  • Yogyakarta butuh satu pekan normalisasi tumpukan sampah di seluruh TPS

Yogyakarta butuh satu pekan normalisasi tumpukan sampah di seluruh TPS

21 Desember 2020 16:30 WIB
Yogyakarta butuh satu pekan normalisasi tumpukan sampah di seluruh TPS
Dokumentasi - Tumpukan sampah di salah satu tempat pembuangan sampah di Kota Yogyakarta yang meluber hingga ke jalan akibat TPST Piyungan ditutup sementara, 29 Maret 2019. (ANTARA/Eka AR)

TPST Piyungan ditutup sementara sejak Jumat (18/12) hingga hari ini

Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta membutuhkan waktu sekitar satu pekan untuk melakukan normalisasi seluruh tempat pembuangan sementara dari sampah yang menggunung akibat Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan di Kabupaten Bantul ditutup sementara.

“Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan ditutup sementara sejak Jumat (18/12) hingga hari ini. Jika TPST dibuka kembali, maka butuh waktu satu pekan untuk menormalkan kondisi seluruh tempat pembuangan sementara (TPS) dari tumpukan sampah,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Haryoko di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, saat ini kondisi seluruh TPS di Kota Yogyakarta sudah dipenuhi dengan tumpukan sampah yang melebihi kapasitas dan dimungkinkan masih ada sisa sampah dari permukiman warga yang belum sempat dibuang ke TPS.

Petugas DLH Kota Yogyakarta kemudian diturunkan untuk melakukan penyemprotan disinfektan di TPS karena sampah mulai mengeluarkan bau tidak sedap. Sampah yang berada di TPS rata-rata sudah berusia lima atau enam hari.

Sejak Jumat (18/12), DLH Kota Yogyakarta meminta warga untuk tidak membuang sampah ke TPS terlebih dulu dan menyimpan sampah di rumah. Sampah baru bisa dibuang kembali ke TPS terdekat apabila TPST Piyungan sudah dioperasionalkan kembali.

Baca juga: Antisipasi banjir, warga bersihkan sampah Sungai Buntung Yogyakarta

Baca juga: Yogyakarta wacanakan pengurangan tempat sampah di Malioboro

Di Kota Yogyakarta terdapat sekitar 140 unit TPS, namun sebagian besar memiliki kapasitas terbatas yaitu sekitar dua meter kubik. Hanya ada 70 unit TPS dengan kapasitas penampungan cukup besar dengan 12 di antaranya yang mampu menampung sampah hingga empat rit.

Penutupan TPST Piyungan untuk kesekian kalinya dilakukan karena adanya protes dari warga sekitar yang kemudian menutup tempat pembungan sampah tersebut.

Warga berharap, dermaga untuk menurunkan sampah dari truk dilebarkan sehingga mempercepat proses penurunan sampah agar tidak ada lagi antrean truk ke TPST Piyungan. Antrean tersebut juga dikeluhkan warga sekitar.

“Sudah ada komunikasi dengan Pemerintah DIY yang sepakat untuk melebarkan dermaga. Pekerjaan tersebut diperkirakan selesai pada Senin (21/12) sehingga TPST bisa dibuka kembali pada Selasa (22/12),” katanya.

Haryoko mengatakan, penutupan TPST Piyungan sangat berdampak pada Kota Yogyakarta yang sama sekali tidak memiliki alternatif tempat untuk pembuangan sampah.

“Sekitar 60 persen sampah yang dibuang ke TPST Piyungan berasal dari Kota Yogyakarta. Jika TPST ditutup, maka yang akan merasakan dampak paling berat adalah di Kota Yogyakarta,” katanya.

Saat ini, volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta rata-rata mencapai 360 ton per hari. Sekitar 60 persennya adalah sampah organik.

“Yang bisa dilakukan saat ini adalah mendorong masyarakat untuk mengelola sampah sejak dari rumah tangga. Memanfaatkan sampah organik menjadi kompos dan anorganik dibawa ke Bank Sampah untuk mengurangi volume sampah ke TPST Piyungan,” katanya.

Baca juga: Pasar tradisional Yogyakarta didorong kelola sampah secara mandiri

Baca juga: Volume sampah masuk TPST Piyungan pada Desember 2019 naik 2.083 ton

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020