• Beranda
  • Berita
  • Intervensi kecerdasan buatan dalam menekan cedera pesepak bola

Intervensi kecerdasan buatan dalam menekan cedera pesepak bola

5 Februari 2021 11:51 WIB
Intervensi kecerdasan buatan dalam menekan cedera pesepak bola
Pemain Brighton & Hove Albion Solly March dipapah keluar lapangan setelah mengalami cedera sewaktu bertanding melawan Liverpool di Anfield, Liverpool, Inggris, 3 Februari 2021. ANTARA/Pool via REUTERS/PHIL NOBLE.
Southampton lega setelah asosiasi sepak bola Inggris (FA) mengabulkan banding kartu merah langsung yang kontroversial kepada Jan Bednarek saat digunduli Manchester United 9-0 dalam pertandingan liga Selasa lalu.

FA memutuskan Bednarek bisa dimainkan lagi dalam pertandingan Southampton berikutnya setelah Komisi Regulasi menguatkan klaim sang pemain telah keliru diputuskan mendapatkan kartu merah dan untuk itu larangan bermainnya pun dicabut.

Sebelum itu, Manajer Southampton Ralph Hasenhuttl geram karena kartu merah Bednarek membuat timnya kian memanjangkan daftar pemain yang tak bisa dia mainkan.

Baca juga: Walau menang lawan Villa, Southampton terancam diterpa badai cedera

Mengutip data laman primeinjuries.com, Southampton memang tim Liga Inggris yang paling terpangkas kekuatannya akibat banyaknya pemain yang absen, khususnya gara-gara cedera.

Sampai 5 Februari ini, mereka kehilangan 12 pemain, padahal kompetisi sudah lebih separuh jalan.

Tim Liga Inggris lain yang belakangan terpaksa mengkerut kekuataannya adalah Crystal Palace yang terpangkas oleh absennya 10 pemain karena cedera.

Juara bertahan Liverpool yang tumbang di tangan Brighton juga terpangkas banyak setelah sembilan pemainnya absen karena belitan cedera, termasuk andalan mereka Virgil van Dijk. Uniknya, Brighton juga kehilangan delapan pemain karena cedera.

Baca juga: Virgil van Dijk sukses menjalani operasi lutut
Baca juga: Hanya keajaiban yang membuat Virgil van Dijk tampil lagi musim ini

Tim-tim lain yang kehilangan banyak pemain adalah Sheffield United dan Leicester City masing-masing 6 enam, sedangkan Wolverhampton Wanderers, Burnley dan Arsenal masing-masing lima pemain.

Semua tim Liga Inggris menghadapi masalah cedera, tapi tidak ada yang sebanyak tim-tim itu.

Dan itu merusak performa mereka. Contohnya Liverpool yang musim lalu begitu perkasa mesti terjengkang ke posisi empat klasemen liga akibat skuad yang mengkerut ini.

Padahal jauh sebelum musim ini dimulai dan bahkan saat Liga Inggris restart Juni tahun lalu setelah dihentikan pandemi, tim-tim Liga Inggris sudah diprediksi bakal menghadapi risiko cedera pemain.

Faktor terbesarnya adalah pemain-pemain Liga Inggris harus memainkan 2-3 pertandingan dalam satu pekan setelah pandemi memaksa otoritas liga memangkas waktu kompetisi sehingga jadwal bertanding pun dipadatkan.

Baca juga: Lampard sebut jadwal Liga Premier Inggris tidak masuk akal
Baca juga: Jadwal padat, Klopp khawatir Liverpool tutup musim tanpa 11 pemain fit


Selanjutnya tekan jumlah cedera
Penyerang PSG Kylian Mbappe saat mengalami cedera (Michael Baucher / Panoramic/Michael Baucher)


Turut menekan jumlah cedera

Para manajer pun berpikir keras, tidak saja demi memenangkan setiap laga, namun juga dalam bagaimana menjaga pemain mereka tetap bugar.

Rotasi pemain yang lebih kerap menjadi jalan keluar umum yang ditempuh manajer sampai-sampai adagium lama "don't change the winning team" pun tak berlaku lagi.

Baca juga: Mancini rotasi pemain untuk kurangi risiko cedera

Tampil cemerlang pun bukan jaminan diturunkan lagi sebagai starter pada laga berikutnya. Dan ini membuat tim-tim Liga Inggris tidak konsisten, kecuali Manchester City.

Rotasi hanya salah satu cara, karena yang paling dibutuhkan adalah menaksir kebugaran para pemain. Dan itu ternyata membutuhkan bantuan teknologi masa kini, tepatnya kecerdasan buatan atau AI.

Baca juga: Derbi Manchester, Solskjaer optimistis saat badai cedera pemain

Cerita dari La Liga Spanyol berikut ini adalah salah satu kisah bagaimana klub sepak bola mengeksploitasi AI guna menciptakan tim siap bertanding setiap waktu dengan kekuatan penuh karena pemain-pemain selalu bugar.

Sejak awal musim 2017-2018, Getafe menggandeng perusahaan AI berbasis di California, Zone7, yang mampu menyediakan data relatif akurat dalam memprediksi pemain yang berisiko cedera.

Getafe, dan kemudian klub Liga Skotlandia Rangers dan dua klub MLS Real Salt Lake serta Toronto FC, reguler mengirimkan data latihan dan pertandingan pemain kepada Zone7 yang lalu menganalisisnya dengan menggunakan algoritmanya. Perusahaan ini akan mengirimkan email setiap hari kepada klub-klub itu mengenai pemain-pemain yang harus diawasi yang dimasukkan ke “zona berbahaya”.

Hasilnya, antara awal musim 2017-2018 sampai Maret 2020 sebelum La Liga diinterupsi pandemi COVID-19, Getafe berhasil menekan jumlah pemain yang cedera.

Baca juga: Barcelona tumbang di kandang Getafe

“Tiga musim lalu selama tahun pertama bersama Zone7, kami mengalami pengurangan volume cedera sampai 40 persen,” kata Javier Vidal, Kepala Performa Getafe. “Mengingat mesin Zone7 semakin andal dan kami bisa mengakses data lebih banyak lagi pada tahun kedua, kami pun mengalami pengurangan sampai 60 persen volume cedera.”

“Itu artinya setiap tiga cedera yang kami alami dua musim lalu, kami kini hanya mengalami satu cedera,” sambung Vidal seperti dikutip ESPN.

Jordi Cruyff, mantan gelandang Barcelona dan Manchester United, juga pernah menggunakan Zone7 sewaktu menjadi direktur olah raga klub Israel, Maccabi Tel Aviv, pada 2017.

Landasan pengambilan keputusan

Awalnya ditolak mentah-mentah oleh pelatih Maccabi saat itu. Namun sang pelatih tak menolak mengirimkan data pemain kepada klub. Dan klub kemudian menyerahkannya kepada Zone7.

“Saya akan menerima email sebelum berlatih setiap hari mengenai pemain yang berisiko cedera dan memprediksi dengan tepat lima sampai tujuh pemain cedera,” kata Cruyff.

Dia kaget oleh ketepatan prediksi tersebut. Sejak itu klub Israel ini membiarkan intervensi kecerdasan buatan dalam menaksir pemain yang berisiko cedera sehingga bisa meminimalkan pemain yang cedera.

Tal Brown, yang bersama Eyal Eliakim mendirikan Zone7 pada 2017, menjelaskan bagaimana cara AI mendeteksi risiko cedera kepada ESPN.

“Setiap pemain kini menggunakan rompi GPS, mereka diperiksa kekuatan dan fleksibilitasnya di klub mereka, banyak tim yang membagikan arloji kepada pemain mereka untuk mengukur tidur, jadi pada dasarnya orang yang bekerja untuk sebuah klub hanya perlu melihat belasan dasbor setiap hari yang dikalikan dengan 20 pemain, lalu dikalikan dengan enam hari dalam satu pekan" kata Brown.

Baca juga: Cedera saat pemanasan, Keita ditarik dari susunan pemain Liverpool
Baca juga: Cedera saat latihan, Ivan Perisic terancam absen beberapa pekan


Brown melanjutkan, “kita bisa menggunakan metafora catur. Program catur biasanya sederhana sekali sampai para pakar pun bisa mengalahkannya, tetapi kini sebuah program catur Google tak bisa dikalahkan karena program tersebut secara otomatis mempelajari setiap catatan permainan catur yang dimainkan dalam sejarah umat manusia dan, dengan menggunakan AI, mengembangkan pemahaman dan penafsirannya sendiri.”

Seperti itulah cara AI dalam menaksir kebugaran pemain sepak bola. Dan sejumlah klub mengakui pendekatan AI ini efektif. Bahkan manajer Rangers Steven Gerrard sampai memuji kerja bagian kebugaran dan sport science Rangers dengan menyebut mereka telah membuat tingkat kebugaran skuadnya luar biasa tinggi.

Menurut ESPN, sekitar 50 klub sepak bola di seluruh dunia menggunakan program AI buatan Zone7. Banyak yang tak mau diekspos karena berkaitan dengan keunggulan komparatif mereka atau karena tak ingin menciptakan pro dan kontra penggunaan AI.

Apakah klub-klub Liga Inggris menggunakan teknologi ini juga? Atau jangan-jangan yang dilakukan sejumlah manajer seperti Ole Gunnar Solksjaer yang gemar merotasi pemain tanpa diduga itu sebenarnya karena telah menerima rekomendasi teknologi kecerdasan buatan.

Tak terlalu penting untuk dijawab, tetapi Jordan Milsom, kepala performa Rangers, yakin bahwa “AI, ditambah tingkat pengalaman mereka yang menggunakannya, pada akhirnya akan menjadi landasan dalam proses pengambilan keputusan oleh klub-klub sepak bola.”

 

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021