Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando mendorong agar Pemprov Kalimantan Tengah memperbanyak buku dengan konten lokal di wilayahnya.Anak-anak di Kalimantan tidak boleh jadi penonton di sini. Mulai sekarang harus bangkit dan perguruan tinggi harus jadi trigger (pemicu)
"Tadi saya sudah sampaikan, masalahnya kita kurang buku. Kalau kita bicara buku, seharusnya dimulai dari buku konten lokal," katanya saat berkunjung ke fasilitas perpustakaan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Kalteng di Palangka Raya, Selasa.
Baca juga: Tepis kilah buku sulit diakses lewat perpustakaan digital
Ia menegaskan seharusnya tersedia ribuan buku tentang Kalteng, memuat tentang beragam hal, baik mengenai asal usul budaya, pariwisata, hingga sumber daya alam (SDA).
"Ini hanya bisa ditulis masyarakat Kalteng, gak bisa kita menunggu orang lain dari Jakarta dan ini perlu dukungan semua pihak, termasuk awak media," ungkapnya.
Menurutnya buku dengan konten lokal atau tentang seputar daerah dari berbagai sektor sangatlah penting, utamanya bagi generasi penerus.
Baca juga: Politeknik STIA LAN- Perpusnas kembangkan sumber daya perpustakaan
Ia pun menceritakan sebagian pengalamannya saat mengunjungi sejumlah negara di dunia dan menurutnya banyak dari pemuda di sana yang mempelajari tentang ragam hal mengenai Indonesia, termasuk diantaranya tentang potensi dan kekayaan alam.
Bando menyebut, generasi muda di Indonesia termasuk Kalteng perlu mengetahui kalau negara luar juga memberi perhatian terhadap Indonesia termasuk Kalimantan. Mereka memikirkan bagaimana memiliki ilmu pengetahuan yang cukup untuk bisa memenangkan persaingan.
"Anak-anak di Kalimantan tidak boleh jadi penonton di sini. Mulai sekarang harus bangkit dan perguruan tinggi harus jadi trigger (pemicu)," jelasnya.
Baca juga: Perpustakaan Nasional berkomitmen cetak ASN profesional
Sementara itu, Sekda Kalteng Fahrizal Fitri mengatakan salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui penguatan literasi.
Disadari Kalteng memiliki wilayah cukup luas sehingga menjadi kendala untuk mewujudkannya, namun hal tersebut merupakan bagian dari tantangan bagi pemerintah menggandeng semua pemangku kepentingan untuk mengatasinya.
Termasuk mendorong sekolah seperti SMA maupun SMK, agar diarahkan gurunya lebih produktif dalam membuat karya ilmiah.
"Menulis itu tidak perlu sempurna dulu, yang pasti ada tahapannya bahwa penelitian, mungkin tulisan-tulisan ini, suatu saat ada tulisan lagi yang menyempurnakan. Kita lihat buku-buku itu tidak pernah sempurna, ada edisi-edisi selanjutnya dalam rangka penyempurnaan," ungkapnya.
Menurutnya guru berada pada tempat yang terdekat dengan masyarakat, sehingga keunggulan di wilayah tersebut bisa dijadikan bahan tulisan, termasuk kelemahan hingga solusinya.
"Bagaimana bicara tentang buku-buku ini mengatasi permasalahan-permasalahan pada tataran lokal," terangnya.
Pewarta: Kasriadi/Muhammad Arif Hidayat
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021