Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta akan menambah frekuensi pengambilan sampah di depo dan tempat penguangan sementara mulai Kamis (11/3) untuk mengatasi tumpukan sampah yang terjadi akibat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan tidak beroperasi selama dua hari pada 9-10 Maret 2021.Jika rata-rata volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta mencapai 360 ton per hari, maka tumpukan sampah akan meningkat menjadi 720 ton jika tidak dilakukan pembuangan sampah selama dua hari ke TPA Piyungan
"Dalam dua hari ini, TPA Piyungan tidak beroperasi sehingga sampah pun menumpuk di depo atau di tempat pembuangan sementara," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan jika rata-rata volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta mencapai 360 ton per hari, maka tumpukan sampah akan meningkat menjadi 720 ton jika tidak dilakukan pembuangan sampah selama dua hari ke TPA Piyungan. Seluruh sampah menumpuk di depo atau di tempat pembuangan sementara.
Oleh karenanya, kata dia, untuk mengatasi tumpukan sampah tersebut perlu dilakukan peningkatan frekuensi pengambilan dan pembuangan sampah ke TPA Piyungan.
"Misalnya di depo Mandala Krida yang biasanya per hari lima truk, maka pada Kamis (11/3) akan dilakukan pengambilan hingga enam atau tujuh truk," katanya.
Dengan demikian, kata Sugeng, kondisi seluruh depo dan tempat pembuangan sampah di Kota Yogyakarta akan kembali normal pada Jumat (12/3).
Penutupan operasional TPA Piyungan pada 9-10 Maret disebabkan hujan lebat pada Senin (8/3) mengakibatkan sampah meluap terbawa aliran hujan hingga ke jalan dan dermaga untuk pembuangan sampah ambles serta tertutup sampah.
"Salah satu upaya yang terus kami lakukan adalah melakukan sosialisasi untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pemilahan sampah sejak dari rumah tangga," katanya.
Setiap keluarga diharapkan dapat melakukan pemilahan sampah secara sederhana yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos sedangkan sampah anorganik bisa diserahkan ke bank sampah yang ada di wilayah.
"Dengan upaya tersebut, maka volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan bisa berkurang. Sampai saat ini, Yogyakarta tidak memiliki TPA dan sangat bergantung dengan TPA Piyungan. Saat di TPA Piyungan ada masalah dan operasional dihentikan sementara, pasti akan memberikan pengaruh ke Kota Yogyakarta," kata Sugeng Darmanto.
Sementara itu, anggota Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta Baharuddin Kamba menyebut terjadi penumpukan sampah di sejumlah depo meskipun belum meluber hingga ke jalan seperti yang pernah terjadi pada pertengahan Desember 2020 akibat TPA Piyungan ditutup.
"Kondisi di sejumlah depo sampah, khususnya yang berada di dekat pasar seperti di Jalan Hayam Wuruk dan di dekat Pasar Kranggan sudah hampir penuh dan nyaris meluber jalan," katanya.
Diharapkan DLH Kota Yogyakarta segera memasukkan tumpukan sampah di sejumlah depo ke truk agar sampah tidak semakin meluber sembari menunggu TPA Piyungan dioperasionalkan kembali, demikian Baharuddin Kamba.
Baca juga: DLH sebut 20 persen bank sampah di Yogyakarta belum optimal
Baca juga: Yogyakarta butuh satu pekan normalisasi tumpukan sampah di seluruh TPS
Baca juga: Volume sampah masuk TPST Piyungan pada Desember 2019 naik 2.083 ton
Baca juga: Yogyakarta wacanakan pengurangan tempat sampah di Malioboro
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021