Penyebab kematian berasal dari aneurisma aorta abdominal (AAA), kata pejabat tnggi kesehatan, Sopon Mekton. Ia menambahkan bahwa gerakan vaksinasi di negara tersebut tetap berjalan.
Pria itu disuntik vaksin pada 3 Maret dan meninggal pada 13 Maret.
"Saya yakin kematian ini berasal dari aneurisma dan tidak terkait dengan vaksin," kata Sopon saat konferensi pers.
AAA merupakan pembengkakan pembuluh darah utama yang mengarah dari jantung dan jika pecah dapat berakhir fatal.
Pria tersebut, yang usianya dirahasiakan, mempunyai riwayat penyakit dan menjalani operasi pada Januari, kata pejabat kesehatan, Tawee Chotpitayasunond, menggambarkan penyakit pria tersebut sebagai "bom waktu di dalam tubuh."
Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul mendesak masyarakat untuk bersedia divaksin.
Sejauh ini, otoritas Thailand telah menyuntikkan sekitar 136.000 dosis vaksin COVID-19, yang sebagian besar di antaranya menggunakan vaksin Sinovac Biotech China. Vaksin AstraZeneca juga dipakai.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha menjadi orang pertama di Thailand yang divaksin AstraZeneca pada 16 Maret. AstraZeneca sempat dihentikan penggunaannya di sejumlah negara Eropa setelah terdapat laporan kasus pembekuan darah pada segelintir penerima vaksin.
Mereka yang sudah menerima vaksin di Thailand sejauh ini adalah para petugas medis garda terdepan atau kelompok yang dianggap berisiko terpapar virus, atau karena usia mereka dan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya.
Tercatat 28.577 kasus dan 92 kematian COVID-19 di negara Asia tenggara tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: PM Thailand disuntik vaksin AstraZeneca setelah isu efek samping
Baca juga: Vaksin COVID-19 AstraZeneca yang diproduksi Thailand siap Juni 2021
Baca juga: Seorang perempuan di Swedia meninggal usai divaksin COVID AstraZeneca
BPOM putuskan vaksin AstraZeneca aman digunakan
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021