Produsen vaksin tersebut, yang akan memaparkan pembaharuan tentang kemajuan vaksin buatannya pada acara Rabu, menyebutkan tindak lanjut enam bulan dari riset vaksin tahap awal menunjukkan bahwa keampuhan vaksin masih konsisten dengan pembaharuan sebelumnya.
Perusahaan juga mulai menguji vaksin versi baru yang menargetkan varian baru virus corona yang mengkhawatirkan, yang mulanya teridentifikasi di Afrika Selatan dan yang disebut B.1.351.
Baca juga: Sempat disetop, California lanjutkan penggunaan vaksin COVID Moderna
Baca juga: Moderna teken perjanjian pasok vaksin COVID bagi Taiwan, Kolombia
Menurutnya, kedua versi vaksin yang sedang diuji, termasuk vaksin multivalen yang mencampurkan vaksin model baru dengan vaksin yang sudah ada, meningkatkan titer antibodi penetral terhadap varian yang menjadi perhatian pada tikus, dengan vaksin multivalen yang memberikan tingkat imunitas yang paling luas.
Pada Maret Moderna mulai menguji tiga pendekatan untuk memperkuat vaksin agar melindungi terhadap varian baru.
Vaksin COVID-19 Moderna mengantongi izin penggunaan vaksin di lebih dari 40 negara. Vaksin itu menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA), yang mengandung arahan untuk sel manusia agar menghasilkan protein yang menyerupai virus corona.
Arahan tersebut memacu sistem imun untuk bereaksi, mengubah tubuh menjadi pabrik vaksin penangkal virus. Tidak ada virus asli yang terkandung dalam vaksin tersebut.
Perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts itu mengatakan hingga Senin (12/4) pihaknya telah mengirim sekitar 132 juta dosis secara global, termasuk 117 juta dosis di AS. Disebutkan pula bahwa Moderna sedang berupaya memasok 300 juta dosis ke AS hingga akhir Juli.
Sumber: Reuters
Baca juga: Inggris mulai luncurkan vaksin COVID-19 Moderna
Baca juga: Moderna tunda pengiriman sekitar 600 ribu dosis vaksin ke Kanada
Baca juga: Saham Tokyo ditutup naik didukung harapan persetujuan vaksin Moderna
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021