Festival Film fra S?r merupakan salah satu festival film ternama di Norwegia, demikian Sekretaris Tiga Pensosbud KBRI Oslo Febby Fahrani dalam keterangan persnya yang diterima Antara London, Minggu.
Dikatakannya ketiga film tersebut masing-masing diputar dua dan tiga kali sepanjang festival yang dihadiri para pencinta film karya cineas Asia, Afrika dan Amerika Selatan di Oslo diputar di jaringan bioskop kota Oslo.
Sutradara kenamaan Indonesia Garin Nugroho turut hadir dalam Festival Film fra S?r yang di tahun ini genap dua decade pelaksanaan festival film.
Garin Nugroho bersama Knut Asplund, pemerhati Indonesia dari lembaga Norwegian Centre for Human Rights, mengelar diskusi dengan cineas dan pencinta seni dalam suatu diskusi dengan latar belakang film Generasi Biru yang dengan ringan mencoba menvisualisasikan perkembangan demokrasi Indonesia paska 1998.
Di hadapan sekitar 30 penonton yang hadir untuk turut berdiskusi, Garin menyatakan bahwa keanekaragaman kultur Indonesia yang mulai tersentuh dengan budaya demokratisasi merupakan kekuatan baru bagi masyarakat baru generasi baru Indonesia, yang dalam film digambarkan Garin sebagai generasi biru.
Diskusi yang juga dihadiri Dubes RI Esti Andayani tersebut dipandu Lars S. Vik?r dari Universitas Oslo yang memulai diskusi dengan memaparkan mengenai Indonesia dan keanekaragaman budayanya.
Para penonton film Di Bawah Pohon juga sempat berdialog dengan Garin Nugroho yang turut hadir menonton film.
Film Indonesia memperoleh apresiasi positif, baik dari penonton Indonesia yang rindu film tanah air, namun juga dari mereka pecinta film di kota Oslo. Berdasarkan pantauan KBRI Oslo, setidaknya sekitar 20 orang menonton film Indonesia di setiap pemutarannya .
Artistic Manager dari Festifal Film fra S?r, Lasse Skagen, mengatakan ke tiga film Indonesia turut menyemarakkan perayaan 20 tahun festival ini karena film-film tersebut memiliki kualitas yang mumpuni dan artistik, serta memiliki tema yang menarik dan menggelitik.
Menurut Skagen, warna kreativitas unik masing-masing film Indonesia tersebut membuat ketiganya layak disandingkan dengan 100 film dari Asia, Afrika, dan Amerika Selatan yang diputar festival.
Festival film yang diselenggara sejak tahun 1991 ini menyuguhkan film dengan beragam genre dari sekitar 50 negara dari kawasan Asia, Afrika Latin dan Afrika.
Di tahun 2010 ini sekitar 25.000 penonton diharapkan dapat menonton film dari Irak, Meksiko, Iran, Korea Selatan, India, Turki, Argentina, Israel, Afrika Selatan, Kuba, Malaysia, Korea Selatan, dan Indonesia yang disuguhkan selama festival berlangsung.
Penyelenggaraan festival film ini ditujukan untuk memperkenalkan film produksi sineas dari negara-negara di kawasan Selatan, utamanya untuk memperkenalkan keragaman budaya mancanegara.
Pemutaran film Indonesia menunjukkan penghargaan atas keragaman budaya Indonesia dan atas kreativitas karya sineas Indonesia.
Keberadaan film Indonesia dalam festival ini diharapkan dapat semakin menumbuhkan ketertarikan pencinta film Norwegia akan keragaman dan kekayaan seni film Indonesia, yang nantinya diharapkan berdampak positif bagi peningkatan citra Indonesia di Norwegia. (ZG/K004)
Pewarta: NON
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010