Nasser Peyghambarian dari Universitas Arizona dan beberapa koleganya mengatakan pada Rabu, teknologi holografik milik mereka dapat memproyeksikan gambar hampir 360 derajat ke tempat lain dengan pembaruan citra setiap dua detik.
Teknologi yang dikenal sebagai "three-dimensional telepresence", melengkapi kekurangan yang ada pada hologram, yaitu memberi ilusi tiga dimensi namun tidak menggambarkan citra di belakang objek, kata Peyghambarian, yang penelitiannya diterbitkan dalam jurnal "Nature".
"Bila Anda melihat benda tiga-dimensi, kami menunjukkan seperti apa yang dilihat di sekeliling Anda sekarang. Teknologi itu paling menyerupai dengan apa yang Anda lihat dibanding dengan teknologi lain," ujar Peyghambarian dalam wawancara telepon, yang juga menjabat dalam Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional.
Ia mengatakan penggunaan pertama dapat diaplikasikan pada industri film, mengingat semakin populernya film tiga dimensi seperti "Avatar".
"Kami memperkirakan banyak aplikasi, sebagai contoh, dalam memproduksi mobil atau pesawat terbang. Mereka dapat melihat rancangan hologram dan mendesain sistem secara `real-time`, kemudian melihat bentuknya lalu membuat perubahan saat mengerjakan itu," tambah Peyghambarian.
Dokter bedah di seluruh dunia juga dapat berpartisipasi dalam operasi rumit pada saat bersamaan, katanya.
Untuk menciptakan hologram tersebut, sejumlah kamera mengambil gambar berwarna dalam berbagai sudut dan mengirim melalui jalur Ethernet.
Dalam model percobaan, gambar diproyeksikan dalam panel plastik transparan dan citra diperbarui setiap beberapa detik.
Model di masa mendatang akan terbentang mendatar dan sistem alat tersebut akan menciptakan ilusi optik dengan citra yang mengambang di atas layar.
Teknologi "three-dimensional telepresence" berbeda dari teknologi tiga dimensi dalam berbagai hal.
Dengan teknologi tiga dimensi yang ada sekarang, satu perspektif diproyeksikan pada satu mata dan perspektif lain diproyeksikan pada mata lain, yang menyebabkan orang harus menggunakan kacamata khusus.
Dengan hologram, kacamata khusus tidak diperlukan dan jumlah perspektif hanya terbatas oleh jumlah kamera yang digunakan.
Teknologi tersebut dibangun berdasarkan kelanjutan penelitian terdahulu oleh kelompok peneliti yang sama, yaitu pada 2008 dilaporkan dapat memproyeksikan gambar tiga dimensi hitam-putih yang diperbarui setiap empat menit. Sistem baru tersebut 100 kali lebih cepat.
"Terobosan ini membuka banyak peluang baru bagi teknologi optik sebagai cara untuk memindahkan gambar dalam `real time`," kata Lynn Preston, direktur program Penelitian Ilmu Teknik dari Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional, dalam pernyataannya.
Peyghambarian mengatakan timnya masih membutuhkan beberapa masalah, termasuk meningkatkan kualitas layar dan menurunkan kebutuhan listrik sistem tersebut, yang akan memakan waktu sekitar dua tahun.
Masih lebih jauh sistem tersebut untuk bisa digunakan oleh pengguna umum.
"Saya rasa alat itu akan ada dalam rumah kita sekitar tujuh hingga 10 tahun lagi," katanya.
(KR-IFB/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010