Sebelumnya, Arief Muhammad mempopulerkan gerakan ini dengan dalih sudah menganggap para followers-dia adalah teman main yang sudah saking dekatnya maka bisa meminta sesuatu kepada Arief.
Mengekor gerakan itu, Adit Yara, influencer asal Bandung yang berkonsentrasi di bidang wiraswasta dan bisnis ini tengah melakoni hal serupa.
"Sejarahnya memang setelah tren Ikoy yang (bagi-bagi) pakai uang. Nah, di situ saya berpikir bagaimana caranya agar tren ini bisa lebih massive, agar pemenang dari tren ini tidak hanya sedikit," kata Adit dalam keterangannya pada Sabtu.
Bedanya, dia tidak hanya membagikan uang secara cuma-cuma, Adit pun membagikan banyak produk buatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) lokal kepada para pengikutnya.
Hingga saat ini setidaknya sudah ada 220an produk UMKM yang dibagikan Adit selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Targetnya ada seribu produk yang dibagikan sampai 17 Agustus 2021.
"Jadi saya hanya mencoba memperbesar harapan orang untuk menang, yaitu mengubah uang menjadi produk,” kata pendiri jenama tas asal Bandung, NIION itu.
Untuk mendapatkan produk yang dibagikan, dia menghindari pengikutnya untuk meminta-minta. "Ini layaknya giveaway biasa, yang dimulai dari me-follow akun merek terkait. Terus, yang pertama saya meminta alasan paling unik dari pengikut tentang mengapa dia layak mendapatkan produk tersebut. Yang kedua itu saya minta mereka menyebutkan alasan mengapa harus mencintai produk lokal."
Kampanye ini dinilai bisa memberikan eksposur terhadap merek UMKM. "Local brand sering kali terbebani biaya yang sangat mahal untuk dapat meningkatkan eksposur mereknya. Kalau local brand mau beli Facebook Ads itu konversinya mahal. Lagian, belum tentu Facebook Ads bisa jadi konversi kalau belum punya website. Lalu ada juga cara paid promote yang semakin hari semakin tidak efektif, misalnya endorse dan iklan di media massa."
Dengan fenomena bagi-bagi produk lokal Indonesia tersebut, seseorang dipaksa untuk mencoba dan mengakui bahwa merek lokal memang berkualitas baik.
"Dengan cara ini kamu akan dipaksa untuk mencoba produk Indonesia, ketimbang saya harus kasih duit ke warganet yang akhirnya dipakai belanja produk asing. Jadi ini dilakukan supaya masyarakat coba dulu pada local brand," kata Adit.
Dia berharap siapa pun yang pernah mendapatkan produk hasil dari gerakan itu untuk mengubah pandangan terhadap merek lokal.
"So don’t judge a brand from its followers. Kalau barang bagus meski followers belum banyak, ya kamu tetap layak untuk beli, kok," kata dia.
Baca juga: Menilik efek "ikoy-ikoyan" menurut pakar
Baca juga: Kemenkes minta klarifikasi DKI atas vaksin 'booster' bagi pemengaruh
Baca juga: Sandiaga Uno apresiasi pemengaruh yang ajak pengikut di rumah saja
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021