Gangguan depresi bisa dideteksi lewat urine

12 Oktober 2021 16:22 WIB
Gangguan depresi bisa dideteksi lewat urine
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang meneliti deteksi gangguan depresi lewat urine pasien. ANTARA/HO-Humas UMM/am.
Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meneliti gangguan depresi pada seseorang yang dapat dideteksi melalui urine yang bersangkutan (pasien).

Salah seorang anggota tim peneliti, Uswatun Hasanah di Malang, Selasa, mengemukakan depresi merupakan gangguan kejiwaan yang seringkali dialami oleh sebagian masyarakat. Namun, di Indonesia belum ada alat diagnosis gangguan depresi yang cepat dan tepat dengan menggunakan laboratorium.

"Melihat permasalahan ini, kami mencoba melakukan penelitian untuk mengembangkan diagnosis laboratorium pasien depresi dengan menggunakan urine pasien," katanya.

Proses diagnosis gangguan depresi saat ini masih menggunakan skala dan kluster gejala dari pasien saja. Hal ini membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan uji laboratorium.

Baca juga: Dirjen P2P: Kasus depresi meningkat 6,5 persen selama pandemi

Baca juga: Gangguan tidur pada lansia bisa sebabkan depresi


Karena itu, Uswatun dan timnya meneliti perubahan urine dari orang normal ke pasien gangguan depresi untuk uji coba laboratorium.

“Untuk mendeteksi gangguan depresi pada pasien, kami menggunakan Biomarker N-Methylnicotinamid & Hippuric Acid," ujarnya.

Setelah tiga bulan melakukan penelitian, kata Uswatun, timnya dapat menarik kesimpulan bahwa kadar biomarker n-methyl dan hippuric pada pasien gangguan depresi mengalami peningkatan ketimbang orang normal. Hal ini bisa menjadi acuan untuk mendiagnosis pasien gangguan depresi dengan menggunakan uji laboratorium.

Mahasiswa Prodi Kedokteran UMM ini menceritakan penelitian ini sempat terkendala oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dengan adanya PPKM, timnya tidak bisa melakukan penelitian di rumah sakit (RS) dan mendapatkan sampel urine pasien gangguan depresi.

“Waktu penelitian kami terbatas dan PPKM menjadi kendala terbesar untuk melanjutkan penelitian. Setelah tim kami mencari informasi ke beberapa dokter, akhirnya kami bisa melakukan penelitian dan mendapat sampel urine di Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) Lamongan,” ujarnya.

Penelitian terkait deteksi gangguan depresi lewat urine itu diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dan mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Dalam penelitian tersebut, Uswatun ditemani oleh empat mahasiswa lainnya, yaitu Al-Bidarri Tsamira Annafila, Handini Risma Hani, dan Sekar Asih dari Prodi kedokteran serta Nadila Apriola Susanto dari Fakultas Psikologi.

“Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya para psikiater dan psikolog dalam mendiagnosis pasien gangguan depresi. Ke depannya penelitian ini juga bisa ditindaklanjuti untuk pembuatan kit penunjang diagnosis, sehingga para pasien gangguan depresi mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat,” ucapnya.*

Baca juga: Lari bagus untuk jaga berat badan dan ringankan depresi

Baca juga: Peka terhadap tanda, bantu cegah bunuh diri

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021