Ketua tim peneliti UI, Muhamad Sahlan dalam keterangan tertulisnya, Jumat, mengatakan pihaknya memilih inovasi budidaya lebah tanpa sengat sebagai langkah tepat yang dapat diterapkan dalam menciptakan kemandirian pondok pesantren.
Hal ini karena budidaya lebah tanpa sengat mudah dilakukan, lebah yang dibiakkan juga dapat berkembang biak berdampingan dengan manusia, dan madu yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Sahlan mengatakan jika sebagian besar pondok pesantren di Indonesia memiliki kemampuan usaha budidaya lebah tanpa sengat, maka mereka akan dapat menghasilkan bibit lebah dan madu. Hasil penjualan dan pembudidayaan bibit lebah dan madu ini ke depannya akan dapat membantu meningkatkan perekonomian secara lokal, regional bahkan mungkin secara nasional.
Baca juga: Mengenal propolis lebah, nutrisi dan manfaat bagi kesehatan
Baca juga: Perubahan iklim, peternak lebah Prancis perkirakan panen madu terburuk
Sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW dan telah terbukti secara medis, katanya, madu merupakan salah satu produk pemenuhan kebutuhan daya tahan tubuh dalam menghadapi pandemi yang hingga saat ini belum berakhir.
"Jika pada zaman kolonial pondok pesantren memiliki peran melawan penjajah, maka di masa pandemi ini pondok pesantren punya peran berjuang melawan ketertinggalan melalui usaha kemandirian pesantren," kata Sahlan.
Tim dosen dan peneliti UI itu adalah Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si., M.Eng. (FTUI); Prof. Dr. Heri Hermansyah ST. M.Eng. (FTUI); Dr. Kenny Lischer (FTUI); Dr. Aprilliana Cahya (FTUI; Dr. Rambat Lupiyoadi (FEB UI), dan juga beberapa praktisi peternakan lebah, yaitu Chandra Akso Diana, Jeffry Lesmana, dan Yogie.
Tiga pondok pesantren terpilih sebagai pilot project pusat percontohan perlebahan nasional untuk program pengmas ini, yakni Pondok Pesantren Nurul Qur’an (Bengkulu), Pondok Pesantren Alam Indonesia (Sulawesi Selatan) dan Pondok Pesantren Al-Kahfi (Nusa Tenggara Barat).
Ustad Nanang, pengasuh pondok pesantren Nurul Qur’an, Kabupaten Lebong, Bengkulu mengungkapkan antusiasmenya terhadap program ini.
"Usaha budidaya lebah yang dilaksanakan sebagai bentuk kerja sama antara Bank Indonesia dan tim FTUI ini sangat berdampak pada keberhasilan pondok kami. Terbukti budidaya lebah tanpa sengat ini sudah menghasilkan madu dan selalu terjual habis untuk konsumen, hal ini tentu menghasilkan keuntungan bagi pesantren," ujar Nanang.
Hal yang sama turut diungkapkan oleh para pengasuh dua pondok pesantren lainnya, yaitu Dr. Hisbullah dari Pondok Pesantren Alam Indonesia di Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan dan Ustad Fuad dari Pondok Pesantren Al-Kahfi Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Usaha budidaya lebah tanpa sengat ini dianggap sangat potensial membantu kemandirian pesantren yang mereka asuh, mengingat lokasi pondok pesantren yang bersebelahan dengan hutan lindung. Lokasi ini merupakan keunggulan komparatif yang sangat menguntungkan bagi pondok pesantren.*
Baca juga: Empat mitos tentang keaslian madu
Baca juga: KLHK sebut konservasi hutan bagian dari upaya jaga kelestarian lebah
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021