"Hal itu sesuai dengan salah satu dari tiga program prioritas Kemenag RI yang ada di Bimas (Bimbingan masyarakat) Islam tahun 2022, yakni program revitalisasi KUA, moderasi beragama, dan transformasi digital," kata Syamsul dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan memasuki dunia yang serba digital saat ini, penyuluh agama Islam dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan dakwahnya. Misalnya, seperti membuat konten keagamaan yang moderat dan menyebarkannya melalui media sosial.
"Dakwah melalui digital merupakan salah satu kegiatan komunikasi yang sedang fenomenal dan diminati semua kalangan saat ini," kata dia.
Baca juga: Mahfud MD: Dakwah yang baik perjuangkan substansi ajaran Islam
Baca juga: Wapres: Dakwah dan pendidikan Islam harus beradaptasi dengan teknologi
Menurutnya, penyuluh agama juga harus bisa mengelaborasi moderasi beragama dengan transformasi digital, agar menjadi penyeimbang di tengah derasnya informasi dan berita palsu.
"Penyuluh Agama Islam harus memiliki kompetensi keislaman, karena mereka yang akan menerangkan tentang Islam dari berbagai sudut pandang ke masyarakat," kata dia.
Ke depan pihaknya akan membuat satu program secara hybrid dengan mengumpulkan seluruh penyuluh agama Islam dari seluruh Indonesia untuk menguatkan implementasi moderasi beragama.
"Jadi moderasi beragama itu harus betul-betul aksi bukan lagi program-program yang bersifat seremonial semata," ujar dia.*
Baca juga: TGB luncurkan buku "Dakwah Nusantara Islam Wasathiyah"
Baca juga: MUI-tokoh ormas Islam Sulteng deklarasikan wasathiyatul Islam
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022