• Beranda
  • Berita
  • BRIN dan institut riset Thailand olah porang jadi bahan pangan

BRIN dan institut riset Thailand olah porang jadi bahan pangan

14 Februari 2022 15:55 WIB
BRIN dan institut riset Thailand olah porang jadi bahan pangan
Ilustrasi- Petani porang tengah menata porang hasil panen miliknya. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Thailand  Institute of Scientific and Technologcal Research (TISTR) sedang melakukan riset pengolahan umbi porang sebagai bahan pangan dalam rangka mendukung ketahanan pangan di Asia Tenggara.

"Kami berharap hasil penelitian ini dapat memproduksi pangan pokok yang sehat, seperti mi, beras, dan camilan yang sehat. Produk ini nantinya cocok dikonsumsi untuk program diet sehat dengan rasa yang enak," kata peneliti Pusat Riset dan Teknologi Tepat Guna (PRTTG) BRIN, Achmat Sarifudin dalam keterangannya di Jakarta, Senin.​​​​​​​

Dalam penelitian bersama tersebut, BRIN melakukan riset teknologi pengolahan tepung porang dengan metode produksi hijau, yakni mengupayakan penggunaan bahan kimia yang tidak berbahaya atau basisnya air.

Baca juga: Kemenperin lepas ekspor porang olahan produk IKM Gresik

Bahan pelarut yang digunakan untuk mengekstrak glukomanan tidak dibuang ke lingkungan, sehingga bahan kimia tersebut bisa digunakan kembali untuk ekstraksi selanjutnya.​​​​​​​

Achmat dan timnya mengembangkan teknologi peralatan sistem untuk mengekstraksi glukomanan dan menghilangkan asam oksalat. Jika asam oksalat dikonsumsi, akan menimbulkan rasa gatal serta gangguan pada ginjal jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

"Karena itu, fokus kami adalah bagaimana mendeteksi kandungan asam oksalat pada porang, karena ini menjadi titik kunci bahan pangan porang agar aman untuk dikonsumsi," ujar Achmat.

Sementara itu, tim TISTR melakukan riset pengembangan produk dengan memanfaatkan tiga bahan, yakni porang, daun kelor, dan lidah buaya.

Serangkaian tes yang akan dilakukan adalah karakteristik kimia, fisik, sensorik, kandungan gizi, masa simpan, dan efek glikemic index, serta respons enzim yang bereaksi terhadap penderita diabetes.

Penambahan bahan dari ekstrak daun kelor dan lidah buaya pada pengolahan umbi porang sebagai bahan pangan bertujuan untuk melengkapi kandungan gizi.

Baca juga: Pacu hilirisasi, Kemenperin dorong inovasi produk turunan porang

Daun kelor sebagai superfood mengandung asam amino esensial, mineral kalsium, ferrum, magnesium, dan zinc, serta antioksidan. Sedangkan lidah buaya mengandung antioksidan tinggi.

"Kami ingin menghasilkan produk pangan pokok dan camilan yang kandungan glikemiknya rendah, kalori rendah, tinggi serat, dan mengandung prebiotik," kata Achmat.

PRTTG BRIN menargetkan pengembangan teknologi pengolahan porang hingga teknologi produk turunannya secara keseluruhan dapat rampung pada 2024.

"Saat ini skala penelitian masih skala laboratorium. Target terdekat kami, di tahun 2022, kami mengembangkan teknologi pengolahan tepung porang sampai skala pilot," ujar Achmat.

Baca juga: Pemprov Jambi lirik porang jadi komoditas unggulan

Baca juga: Pemkab Madiun dorong pemerintah tetapkan patokan harga porang


Riset bersama itu membawa tim kolaboratif BRIN dan TISTR memenangkan WAITRO Innovation Award (WIA) 2021. WIA 2021 berfokus pada ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan. ​​​​​​​

The World Association of Industrial and Tecnological Research Organization (WAITRO) adalah suatu asosiasi independen, non-pemerintah dan nirlaba yang didirikan pada 1970 di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022