Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mendorong petani Bali agar pintar memberikan narasi pada produk pertanian yang dihasilkan, sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi.Selain pentingnya narasi, akan lebih lengkap lagi jika di-endorse (didukung) oleh 'public figure. Produk juga tidak selamanya akan berhasil, sehingga harus dipikirkan pula langkah-langkah ke depannya
"Dengan diberi cerita atau narasi, itu yang bisa bikin mahal. Namun, seringkali kelemahan orang Bali terletak pada narasi atau ceritanya ini, sehingga kalah dalam pemasaran," kata Pastika saat melaksanakan reses di Denpasar, Sabtu.
Pastika dalam acara reses ini menghadirkan dua narasumber yakni I Made Dwi Kresnayana yang mengembangkan durian "Ki Raja" dan Dewa Suarsana yang merupakan petani vanili.
"Selain pentingnya narasi, akan lebih lengkap lagi jika di-endorse (didukung) oleh 'public figure. Produk juga tidak selamanya akan berhasil, sehingga harus dipikirkan pula langkah-langkah ke depannya," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Yang tidak kalah penting, produk pertanian juga harus diberi sentuhan teknologi dan terus belajar mencari praktik-praktik pertanian yang terbaik.
Dia mencontohkan, saat bertandang ke Singapura, Pastika bisa menikmati durian dengan berbagai varian rasa seperti durian rasa keju, mentega dan kelapa serta durian di sana ada sepanjang tahun, tidak lagi tergantung musim.
"Saya juga gembira, pasar vanili saat ini sudah luar biasa dan saya harapkan dapat terus mencari pasar ekspor sehingga petani juga lebih sejahtera," ujar anggota Komite 2 DPD itu.
Pastika pun mengharapkan Agro Learning Center (ALC) Denpasar dapat membantu menghubungkan petani dengan para pakar sehingga dapat diperoleh bibit tanaman yang bagus-bagus.
Sementara itu, I Made Dwi Kresnayana, salah satu petani dari Madenan, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng merasa bersyukur durian jenis Ki Raja yang dibudidayakan, kini harga per kilogram mencapai Rp100 ribu, dari sebelumnya Rp50 ribu.
"Durian Ki Raja yang merupakan jenis durian langka sebenarnya sudah tumbuh di Madenan sekitar 500 tahun lalu, namun kemudian menjadi langka," ucap pria yang akrab dipanggil Dwiki itu.
Durian Ki Raja menjadi dikenal kembali setelah meraih jura II dalam kontes durian lokal yang digelar Pemerintah Kabupaten Buleleng pada 2019.
Bahkan durian dengan bijinya yang sangat kecil dan rasa yang enak ini menjadi semakin viral ketika diburu oleh Panglima Kodam (Pangdam) IX/Udayana sebelumnya, yakni Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Benny Susianto dan dipopulerkan oleh musisi Gus Teja.
"Awalnya hanya keluarga kami yang memiliki tanaman durian Ki Raja. Tetapi sejak Januari 2022, sudah disebarkan juga sekitar 2.000 bibit kepada warga di Madenan untuk mendukung program One Village, One Product," ucap Dwiki.
Dewa Suarsana, Ketua Kelompok Tani Sari Bakti Pertiwi dari Bongancina, Kabupaten Buleleng, dalam kesempatan itu banyak menceritakan pasang surut dalam mengembangkan komoditas vanili.
"Vanili sempat menjadi 'emas hijau' di Bongancina dan menjadi primadona sejak era 1980-an. Namun, kemudian menyusut karena terserang penyakit tanaman," ucapnya.
Meskipun penjualan vanili tidak sulit, namun Suarsana mengeluhkan standar harga karena kerap dipermainkan oleh tengkulak.
Saat ini, harga per kilogram vanili basah atau yang baru dipetik sebesar Rp170 ribu dan ini merupakan harga yang diberikan oleh tengkulak.
Baca juga: Anggota DPD: Survei pasar harus jadi acuan petani Bali berproduksi
Baca juga: BI Bali dorong para bupati naikan anggaran pertanian
Baca juga: Menteri BUMN inginkan Kabupaten Jembrana jadi lumbung pangan bagi Bali
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022