• Beranda
  • Berita
  • INDEF: Perang Rusia-Ukraina berdampak tak langsung pada Indonesia

INDEF: Perang Rusia-Ukraina berdampak tak langsung pada Indonesia

4 Maret 2022 22:02 WIB
INDEF: Perang Rusia-Ukraina berdampak tak langsung pada Indonesia
Pengunjuk rasa yang tergabung dalam "Solidaritas untuk Rakyat Ukraina" melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Jumat (4/3/2022). . ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
Peneliti Ekonomi Makro dan Keuangan INDEF Riza Annisa Pujarama menyampaikan perang antara Rusia dan Ukraina secara tidak langsung dapat memengaruhi perekonomian Indonesia terutama pada sektor ekspor dan impor.

Alasannya, Rusia, Ukraina, dan Indonesia punya mitra dagang yang sama, yaitu China.

"Yang perlu menjadi perhatian adalah kinerja ekspor-impor China yang menjadi mitra dagang utama Rusia dan Ukraina. Kinerja ekspor-impor domestik (Indonesia, red.) dapat menurun," tutur Riza saat acara diskusi virtual yang diikuti di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan jika nantinya perang memengaruhi kinerja ekspor dan impor dari dua negara yang berkonflik itu ke China, maka kemungkinan itu juga akan berpengaruh ke Indonesia.

Data Observatory of Economic Complexity (OEC) per 2019, sebagaimana disampaikan oleh Riza saat diskusi, menunjukkan China menempati urutan teratas untuk tujuan ekspor dan impor Rusia.

Per 2019, ekspor Rusia ke China mencapai 14,3 persen, kemudian impor mencapai 19,8 persen.

Baca juga: Peneliti UGM: Perang Rusia-Ukraina ancam keamanan siber global

Baca juga: Ekonom: Dampak konflik Rusia-Ukraina terbatas pada ekonomi Indonesia


Tidak hanya terkait sektor ekspor dan impor, perang Rusia-Ukraina juga dapat memperkuat tren peningkatan harga minyak dunia yang telah naik sejak akhir 2021.

"Peningkatan harga minyak dunia dapat terus terdorong karena Rusia merupakan salah satu negara eksportir minyak terbesar dunia, ini akan memengaruhi ekonomi domestik karena Indonesia merupakan net importir minyak dunia," papar Riza.

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menggunakan GTAP memprediksi Indonesia dapat mengalami kontraksi/perlambatan ekonomi 0,014 persen, sementara ASEAN secara keseluruhan 0,028 persen.

Oleh karena itu, Peneliti INDEF itu menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada para pemangku kepentingan, di antaranya Indonesia harus dapat menjaga stabilitas daya beli domestik, menekan inflasi, menjaga sektor konsumsi dan sektor riil.

Sektor konsumsi dan daya beli harus dijaga oleh pemerintah, karena itu jadi salah satu penopang utama perekonomian Indonesia, ujarnya.

Kemudian, ia juga menyarankan pemerintah menjaga kinerja ekspor Indonesia dengan negara-negara mitra utamanya, dan memperluas kerja sama ekspor dan impor.

Terakhir, ia juga menyarankan agar pemerintah mempercepat hilirisasi produk ekspor yang punya nilai tambah demi memperkuat daya saing industri dalam negeri.

Perang Rusia dan Ukraina mulai sejak 24 Februari 2022 saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer ke Donbas.

Tak lama setelah pengumuman itu, Rusia menyerang tujuh kota di Ukraina, termasuk ibu kota negara Kiev.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022