Sarinah dan Riana Kusuma

21 Maret 2022 16:52 WIB
Sarinah dan Riana Kusuma
Riana Kusuma Astuti (54) selaku pemilik batik Riana Kesuma di pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (21/3/2022). ANTARA /Walda/pri.

Saya kasih kain batik saya ke toko, orang toko bilang 'Ih kain apaan nih', kain saya dilempar seperti itu

Riana Kusuma Astuti (54) adalah satu dari sekian banyak pelaku UMKM berhasil mengubah nasib karena pusat perbelanjaan Sarinah.

Karena pusat perbelanjaan tertua di Indonesia ini, dirinya bertransformasi dari penjual batik keliling menjadi pemilik merek batik ternama "Riana Kesuma" dengan pelanggan menteri hingga istri presiden RI.

"Saya ini dari nol sekali, bisa seperti ini tidak lepas dari kontribusi Sarinah kepada saya," kata dia saat ditemui di pembukaan kembali Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin.

Tepat di tahun 1992, Riana hanyalah perempuan asal Solo yang berusia 24 tahun. Saat itu, ia baru saja menikah.

Dia datang ke Jakarta dengan mimpi ingin membesarkan batik di Ibu Kota. Riana memang tumbuh besar di tengah keluarga yang menggeluti batik, maka tidak heran jika dirinya memiliki mimpi seperti itu.

Riana pun "tancap gas" ke Jakarta menggunakan kereta api dari kampung halaman. Dengan pakaian dan kocek di kantong seadanya, dia nekat mengadu nasib di Jakarta.

Perjalanan dari Solo ke Jakarta membuat dirinya termenung di dalam kereta. Dia berfikir mau kemana akan melangkah jika sudah sampai di Gambir, Jakarta Pusat.

Terang saja dia berfikir seperti itu. Pasalnya, Riana mengaku tidak punya keluarga ataupun kerabat yang bisa menuntunnya di jalanan Ibu Kota.

Namun rasa ragu itu berhasil Riana kalahkan dengan jiwa nekat yang dia punya. Sesampai di Jakarta, Riana langsung meluangkan waktu berkeliling Ibu Kota.

Baca juga: Pelaku UMKM harus penuhi syarat tertentu untuk berdagang di Sarinah
Sarinah Departement Store di Pusat Perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (21/3/2022). (ANTARA/Walda)
Naik Bajaj
Berbekal sebuah koper berisi kain batik, dia menyusuri pasar-pasar besar di Jakarta. Dari Jatinegara (Jakarta Timur), Melawai-Blok M (Jakarta Selatan) hingga Pasar Tanah Abang (Jakarta Pusat) dia jajaki.

Riana naik bajaj untuk menuju kawasan perdagangan itu. Kemudian, ia menyusuri satu persatu toko kain. Namun maksud hati ingin menawarkan kain batik, dirinya malah diacuhkan bahkan dihina.

"Saya kasih kain batik saya ke toko, orang toko bilang 'Ih kain apaan nih' kain saya dilempar seperti itu," kenang Riana sambil mengernyitkan dahi kala berusaha mengingat kejadian pedih itu.

Namun Riana tidak kecil hati. Dia tetap sabar dan masih mau meninggalkan nomor telepon ke pedagang tersebut. Berharap dia berubah pikiran dan mau menelpon Riana kembali.

Bukan sehari atau dua hari, Riana harus bertahan dengan cemooh pedas tersebut. Itu dialaminya selama berbulan-bulan. Penolakan demi penolakan dia hadapi dengan tenang dan sabar.

Sampai pada akhirnya, dia bertemu dengan salah satu pedagang kain di kawasan Pasar Tanah Abang. Pemilik toko itu tampak tertarik dengan kain yang ditawarkan Riana.

Sambil meraba-raba kain yang dibawakan Riana, pedagang tersebut langsung membeli kain tersebut dalam jumlah banyak.

"Dia langsung beli 50 rol kain, saya langsung kaget karena banyak sekali. Saya jual per meternya Rp4.500," kata dia.

Dari sanalah Riana bak mendapatkan air segar di tengah gurun pasir. Dia senang akhirnya ada warga yang mau menerima batik asal daerahnya itu.

Baca juga: 95 persen gerai di Sarinah Thamrin sudah diisi produk UMKM
Kendaraan melintas di dekat Gedung Sarinah pascarenovasi di Jakarta, Sabtu (19/3/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.
Bertemu Sarinah
​​​​​​
Di tahun 1993, Riana mendatangi pusat perbelanjaan Sarinah dengan niat ingin menjual kain tersebut. Gayung pun bersambut, pihak Sarinah merasa tertarik dengan kain yang dia sajikan.

"Alhamdulillah pihak Sarinah beli batik saya. Sistemnya 'beli putus'. Jadi dia hanya beli bahan dari saya dan bahannya dijadikan baju dan dijual oleh pihak Sarinah," kata dia.

Dia mengakui karena pertolongan pihak pengelola Sarinah, UMKM kecil seperti dirinya bisa mendapatkan pemasukan yang lumayan untuk menghidupi keluarga.

Kondisi itu berlangsung selama hampir lima tahun. Namun demikian ketika memasuki 1998, suasana berubah.

Sarinah sudah tidak mampu lagi membeli produk UMKM daerah, termasuk miliknya lantaran krisis moneter.

Karena kondisi tersebut, seluruh penyuplai kain yang selama ini bekerjasama dengan pihak Sarinah dipanggil pengelola pusat perbelanjaan untuk berkumpul.

"Di sana mereka bilang sudah tidak bisa beli lagi. Jadi kita diminta untuk buka gerai sendiri dan berjualan sendiri," kata dia.

Riana pun kaget bukan kepalang. Bagi dia, membuka gerai sendiri bukanlah hal mudah karena dirinya harus memikirkan model pakaian yang cocok dengan batik dan laku di pasaran.

Namun demikian, Riana tidak patah semangat. Kesempatan itu justru dia pakai untuk mengembangkan usaha batiknya agar menjadi lebih besar.

Perlahan tapi pasti, dia mulai menggait banyak penjahit agar mau bekerjasama dengan dirinya. Tidak hanya itu, pengelola Sarinah juga memberikan Riana kesempatan untuk memamerkan dagangannya secara gratis di beberapa kegiatan pameran.

"Saya dibiayai sama Sarinah supaya bisa menjajakan produk. Waktu itu uang darimana untuk buka gerai pameran? Untungnya Sarinah mau membiayai," kata Riana.

Sejak saat itulah, dengan ketekunan dan kesabaran yang tinggi, Riana berhasil mengembangkan usahanya hingga mancanegara.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani hingga istri Presiden Republik Indonesia, Iriana Joko Widodo menjadi sederet nama pelanggannya.

Hingga detik ini, Riana bersyukur kepada pihak Sarinah yang mau membuka pintu bagi dirinya untuk bisa berbicara di dunia batik kancah nasional dan internasional.

Berkat Sarinah, omzet penjualannya per bulan dari berjualan batik pun bisa sampai ratusan jutaan rupiah.

Dia juga menitipkan pesan kepada para perajin batik pemula untuk tidak berhenti bermimpi dan memiliki konsep yang jelas dalam berusaha.
"Intinya harus gigih dan harus tahu pemetaan produk dan pemasarannya seperti apa?," kata dia.

Baca juga: Pusat perbelanjaan Sarinah Thamrin mulai beroperasi
Suasana Gedung Sarinah pascarenovasi di Jakarta, Sabtu (19/3/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.
Syarat berdagang
Direktur Utama PT Sarinah, Fetty Kwartati memang membuka kesempatan bagi para pelaku UMKM untuk menjajakan dagangannya di pusat perbelanjaan Sarinah.

Namun dia menetapkan beberapa syarat. Syarat tersebut diterapkan guna memastikan kualitas produk UMKM yang dijajakan di Sarinah layak dipasarkan di tingkat nasional dan internasional.

"Tentu disesuaikan dengan 'market'-nya target "market' Sarina adalah untuk kelas menengah dan menengah atas," kata Direktur Utama PT Sarinah, Fetty Kwartati saat ditemui di pusat perbelanjaan Sarinah, MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin.

Kriteria pertama, produk yang ditampilkan harus hasil dari tangan UMKM yang berkualitas tinggi dan khas budaya Indonesia.

Setelah itu, produk tersebut dipastikan harus dibuat dan diproduksi oleh orang Indonesia. Pihaknya tidak memperbolehkan para pengusaha menjajakan barang hasil produksi luar negeri walaupun berlabel dalam negeri.

Selain itu, kehadiran UMKM harus membangkitkan pelaku seni di daerah sekitar sehingga produksi UMKM tersebut dapat membangkitkan ekonomi warga sekitar.

Baca juga: LPEI dan Sarinah kolaborasi dukung UKM tembus pasar global
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) bersama Dirut PT Sarinah (Persero) Fetty KwartatiÊ(kiri) saat menjadi pembicara pada acara "Senja Di Sarinah" di Gedung Sarinah, Jakarta, Selasa (18/1/2022). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.
Kekinian
Terakhir, produk UMKM harus memiliki unsur kekinian agar menarik kaum muda dalam membeli produk tersebut.

"Selain itu desain produk harus 'cool'. Apakah produknya 'cool'? Anak muda banget? itu kriteria yang kita tambahkan selain kriteria dasar," kata dia.

Berdasarkan kriteria tersebut, pihaknya akan melakukan seleksi ketat terhadap ratusan UMKM yang sudah mengajukan diri untuk berdagang di pusat perbelanjaan Sarinah.

Mereka yang lolos secara kriteria, lalu diperbolehkan untuk menjajakan barang dagangannya di Sarinah.

Sejauh ini, 500 UMKM sudah menempati kios di dalam Sarinah. Namun untuk hari pertama pembukaan Sarinah belum semua kios dibuka karena masih dalam proses perbaikan.

Dia memastikan, seluruh gerai pusat di perbelanjaan tertua di Indonesia ini selalu diperbaiki dan akan terisi penuh pada Juni 2022. Okupansi masih terus bertambah dan diharapkan terisi penuh pada Juni mendatang.
 

Pewarta: Walda Marison
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022