Fokus penyelenggaraan JMFW tahun 2022 ini adalah penguatan branding fashion muslim Indonesia dengan segala potensi, kreativitas, dan inovasi produk
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan ajang Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) menjadi salah satu upaya pemerintah mendorong perkembangan produk halal dan fesyen muslim nasional.
"JMFW menjadi upaya memperkenalkan dan mempromosikan produk fesyen muslim Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada kemajuan industri fesyen muslim Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia," kata Mendag lewat keterangannya diterima di Jakarta, Kamis.
JMFW diinisiasi Kementerian Perdagangan yang bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Sejumlah mitra kerja meliputi kementerian dan lembaga, salah satunya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta akademisi, desainer, asosiasi, dan industri fesyen dengan industri penunjangnya seperti industri makanan halal, kosmetik, aksesoris dan alas kaki.
"Sebagaimana Roadmap Fashion Muslim Indonesia, maka fokus penyelenggaraan JMFW tahun 2022 ini adalah penguatan branding fashion muslim Indonesia dengan segala potensi, kreativitas, dan inovasi produk. Banyak hal yang perlu kita kerjakan bersama-sama dan diperlukan sinergi dengan berbagai pihak terkait," tegas Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi.
Acara puncak JMFW 2022 ini direncanakan digelar pada 20-22 Oktober 2022 yang akan berjalan bersamaan dengan penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2022 di ICE BSD, Tangerang, Banten. Rangkaian kegiatan berupa pergelaran busana, pameran, temu wicara, dan seminar.
Akan diadakan pula area pamer virtual (virtual showroom) dan penjajakan bisnis (business matching).
Sementara itu, pada 2023 mendatang, targetnya adalah penguatan jejaring kerja (networking) dengan terjun langsung dalam peta fesyen internasional. Lalu, target untuk 2024 adalah deklarasi Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia, melalui JMFW yang telah menjadi perhelatan internasional.
Pada sesi seminar, hadir sebagai narasumber yaitu Direktur Islamic Fashion Institute Hanni Haerani, Pendiri Buttonscarves Linda Anggrea, CEO NBRS Corp Rikrik Riesmawan, dan Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jemmy Kartiwa. Bertindak sebagai moderator adalah Direktur Asia Pacific Rayon Basrie Kamba.
Sejumlah hal yang dibahas dalam sesi seminar tersebut yaitu mulai dari peran akademisi hingga peluang Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia. Dari diskusi tersebut, mengemuka topik bahwa peranan akademisi di bidang fesyen muslim Indonesia masih harus didorong untuk mengimbangi besarnya potensi pasar fesyen muslim dalam negeri.
Salah satu upaya mengoptimalkan peran akademisi adalah terwujudnya nomenklatur dan kurikulum fesyen muslim untuk pendidikan tinggi.
Pada sektor fesyen muslim, Indonesia tidak hanya unggul dari ukuran pasar, tetapi juga potensi pelaku yang mampu membuat produk-produk fesyen muslim berkualitas tinggi.
Dari sejumlah topik diskusi tersebut, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi kiblat fesyen muslim dunia di 2024.
Sebagai bentuk kolaborasi akademisi dan industri, pada Road to Jakarta Muslim Fashion Week Seri 1 pada hari ini juga diadakan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang Pengembangan Fashion Muslim antara Tujuh Perguruan Tinggi dan Industri. Melalui MoU ini, Didi berharap sinergi akademisi dan industri dapat semakin kuat.
"Akademisi dapat mencetak sumber daya manusia di bidang fesyen muslim yang andal dan menghasilkan karya sesuai dengan kebutuhan industri," kata Didi.
Baca juga: Mendag optimistis Indonesia jadi kiblat fesyen muslim dunia
Baca juga: Nadiem Makarim harap Indonesia jadi trendsetter di fesyen muslim dunia
Baca juga: Mendag harap fesyen muslim jadi pilar ekonomi Indonesia
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022