• Beranda
  • Berita
  • Saham Asia menguat, data inflasi AS tidak seburuk yang dikhawatirkan

Saham Asia menguat, data inflasi AS tidak seburuk yang dikhawatirkan

13 April 2022 15:19 WIB
Saham Asia menguat, data inflasi AS tidak seburuk yang dikhawatirkan
Panel listrik menunjukkan harga penutupan rata-rata saham Nikkei di Distrik Chuo, Tokyo pada tanggal 1 Desember 2020. ANTARA/The Yomiuri Shimbun/Atsushi Taketazu/pri.
Indeks saham di Asia dan saham berjangka AS menguat pada Rabu sore, karena angka inflasi AS tidak setinggi yang dikhawatirkan pasar, menyebabkan imbal hasil obligasi pemerintah AS menghentikan kenaikannya.

Sentimen pasar saham dibatasi, meskipun harga minyak dan komoditas lainnya lebih tinggi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa negosiasi damai yang terputus-putus dengan Ukraina "sekali lagi kembali ke situasi buntu bagi kami", yang membuat euro terjebak di terendah lima minggu.

Data impor yang jauh lebih lemah dari perkiraan dari China juga membebani prospek, meskipun hal itu menambah pandangan bahwa Beijing harus segera melonggarkan kebijakan lagi.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terdongkrak 1,0 persen, dipimpin oleh indeks Nikkei Jepang yang berakhir melonjak 1,93 persen dan indeks KOSPI Korea ditutup menguat 1,86 persen. .

Indeks S&P500 berjangka naik 0,67 persen dan Nasdaq berjangka naik 0,65 persen di perdagangan Asia, tetapi EUROSTOXX 50 berjangka kehilangan 0,2 persen, terbebani oleh komentar Putin.

Data yang diterbitkan pada Selasa (12/4/2022) menunjukkan harga konsumen bulanan AS meningkat paling tinggi dalam 16,5 tahun pada Maret karena perang di Ukraina mendorong biaya bensin ke rekor tertinggi, memperkuat kasus untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin dari Federal Reserve bulan depan.

Namun demikian, tekanan inflasi bulanan yang mendasarinya berkurang karena harga barang-barang, tidak termasuk makanan dan energi, turun paling dalam dalam dua tahun.

Data mengirim imbal hasil AS lebih rendah pada Selasa (12/4/2022), menghentikan kenaikan tujuh sesi berturut-turut, meskipun mereka mendapatkan kembali sedikit di sore hari dan dalam perdagangan Rabu.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 2,7462 persen, dibandingkan dengan puncak tiga tahun lebih di 2,836 persen, sebelum data inflasi. Imbal hasil obligasi dua tahun berada di 2,3973 persen.

Pergerakan dalam imbal hasil "memberikan anggukan pada retorika bahwa inflasi AS kemungkinan telah mencapai puncaknya atau sangat dekat dengan itu," kata Clara Cheong, ahli strategi di JPMorgan Asset Management.

"Meskipun ini tidak mungkin mengubah lintasan The Fed dari kenaikan 50 basis poin pada Mei, jika inflasi berlanjut di jalur ini, akan ada lebih sedikit tekanan pada mereka untuk menjadi terlalu agresif di paruh kedua tahun ini."

"Namun, pasar ekuitas mengembalikan keuntungan karena minyak naik kembali di atas 100 dolar AS per barel karena kemajuan dalam pembicaraan damai Rusia-Ukraina terhenti dan China mulai membuka kembali Shanghai secara bertahap."

Minyak mentah Brent sempat turun di bawah 100 dolar AS awal pekan ini, tetapi reli tajam pada Selasa (12/4/2022), dan sebagian besar mempertahankan kenaikannya pada Rabu.

Minyak mentah berjangka Brent naik 0,1 persen pada 104,75 dolar AS per barel dan West Texas Intermediate AS stabil di 100,7 dolar AS per barel.

Analis komoditas di CBA mengaitkan kenaikan minyak dengan pernyataan Putin, yang juga menyebabkan komoditas-komoditas pertanian naik, karena "risiko yang sudah kecil bahwa pasokan Laut Hitam mungkin normal hingga tingkat apa pun hingga pertengahan tahun kemungkinan turun ke nol." Pasar jagung berjangka kembali mendekati level tertinggi 11 tahun bulan lalu.

Pasar saham China berombak setelah data menunjukkan pertumbuhan ekspor China bertahan dengan baik pada Maret, tetapi impor turun 0,1 persen, penurunan pertama sejak Agustus 2020 dan jauh lebih buruk dari perkiraan pertumbuhan 8,0 persen oleh para analis.

Saham-saham unggulan China (CSI300) pulih dari kerugian sebelumnya untuk diperdagangkan datar, tertinggal dari di sebagian besar wilayah.

Untuk pasar mata uang, pernyataan Putin adalah pendorong utama euro jatuh ke level terendah lima minggu dan mata uang komoditas menemukan dukungan karena harga minyak yang lebih tinggi.

Dolar Selandia Baru mengalami hari yang sibuk, naik setinggi 0,6901 dolar AS dan jatuh serendah 0,6808 dolar AS setelah bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin – kenaikan paling agresif dalam lebih dari dua dekade – tetapi mengurangi prospek suku bunganya. Terakhir turun 0,34 persen pada 0,6823 dolar AS.

Bank sentral Kanada akan menggelar pertemuannya pada Rabu dan juga diperkirakan akan memberikan kenaikan tajam suku bunganya.

Emas di pasar spot menguat 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 1.973,10 dolar AS per ounce.

Baca juga: Saham Asia turun, dolar menguat, pasar waspada jelang data inflasi AS
Baca juga: IHSG terkoreksi mengekor pelemahan bursa saham Asia
Baca juga: Saham Asia sebagian besar negatif, dolar naik jelang data inflasi AS

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022