• Beranda
  • Berita
  • Perempuan lebih besar berpotensi terkena migrain

Perempuan lebih besar berpotensi terkena migrain

30 Oktober 2011 20:45 WIB

... satu di antara empat ibu rumah tangga pernah mengalami migrain...

Jakarta (ANTARA News) - Ahli penyakit syaraf yang juga dosen pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, dr Andreas Harry SpS (K), mengemukakan, kaum perempuan lebih besar potensinya terkena migrain.

"Berdasarkan riset di Amerika Serikat, satu di antara empat ibu rumah tangga pernah mengalami migrain," katanya pada seminar bertema "Sakit Kepala, Migrain dan Vertigo" di Jakarta, Minggu.

Ia mengatakan kondisi semacam itu, yakni perempuan lebih besar terkena migrain, juga terjadi di banyak negara, tidak terkecuali Indonesia, sehingga mesti diwaspadai.

Menurut dia, penelitian di AS juga menyebutkan bahwa sebanyak 28 juta penderita migrain pada usia 12 tahun ke atas, jumlah perempuan yang terserang sebanyak 21 juta orang.

"Sedangkan untuk laki-laki, jumlahnya sebanyak tujuh juta orang," katanya dan menambahkan data pasti kasus migrain di Indonesia, sejauh ini belum dirinya belum mendapatkannya.

Ia menambahkan bahwa prevalensi migrain, pada perempuan sebanyak 18 persen, laki-laki enam persen dan untuk kelompok anak-anak mencapai empat persen.

Meski demikian, kata dia, dengan rujukan penelitian di AS yang menghasilkan temuan bahwa satu di antara empat ibu rumah tangga pernah mengalami migrain, kondisi yang sama bisa diprediksi di Indonesia.

Dikemukakan gejala klinis yang khas pada migrain, sekurangnya ada tiga, yakni pertama, sakit kepala dan gejala neurologik, ditandai dengan distribusi satu sisi kepala atau kedua sisi, dan umumnya aura visual.

Kedua, gangguan pencernaan, yang umumnya ditandai mual dan muntah, serta diare. "Sedangkan ketiga, gejala otonom, yang ditandai keringat dan debar-debar," kata Andreas Harry, ahli saraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, yang pernah mengenyam pendidikan neurofisiologi di AS dan Jepang itu.

Mengenai ciri-ciri sakit kepala migrain, serangan terjadi pada 4-27 jam, baik diobati ataupun tidak.

Karakternya, separuh kepala (berganti/menetap), namun dalam perkembangannya kini terjadi pada dua sisi, nyeri berdenyut, intensitas nyeri sedang/berat, terganggu aktivitas sehati-hari, dipacu aktivitas fisik.

Selanjutnya, disertai mual dan muntah, photophobia (takut dan sensitif cahaya), phonophobia (takut dan sensitif suara), dan aura lebih kurang maksimal visual dan berlangsung gradual 4-60 menit.

Ia menjelaskan, serangan migrain terjadi pada empat fase, yakni pertama fase prodomal (peringatan), di mana terjadi sebelum sakit kepala muncul (gradual enam jam atau beberapa hari sebelumnya), terjadi pada 60 penderita migrain, gejalanya cemas-marah, depresi-gelisah, penglihatan kabur, mulas-diare, keringan dingin.

Kedua, aura, ditandai dengan gejalanya kompleks, umumnya berasal dari lobus oksipital (90 persen gejala visual), terjadi sebelum sakit kepala, berlangsung 20-30 menit, namun terkadang bisa lebih 60 menit, dan bila berlangsung lebih dari sepekan terjadi "migrainus infarction" yang mengharuskan dilakukan CT Scan/MRI.

Ketiga, fase sakit kepala, ditandai sifatnya berdenyut-tertusuk, separuh kepala (60 persen dan berpindah-pindah (80 persen), kedua sisi kepala (40 persen), dipacu aktivitas fisik rutin, diawali kepala terasa tertekan.

Keempat, fase postdromal, yakni ditandai gangguan konsentrasi, lelah, sebagian terasa "fresh"/euforia, gatal-gatal dan nafsu meningkat. (A035)



Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011