Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya mengatakan penguatan prinsip Environmental Social Governance (ESG) dapat meningkatkan daya saing BUMN tambang Indonesia di negara-negara yang terlibat dalam G20.Dalam konteks Indonesia bagian dari G20 dan menjadi presidensinya, ini menjadi momentum bagi Indonesia dan perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan tambang untuk meningkatkan daya saing.
"Dalam konteks Indonesia bagian dari G20 dan menjadi presidensinya, ini menjadi momentum bagi Indonesia dan perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan tambang untuk meningkatkan daya saing," kata Berly dalam sebuah diskusi yang dipantau di Jakarta, Senin.
Prinsip ESG kini menjadi tren tuntutan keberlanjutan masyarakat dunia yang menginginkan perusahaan-perusahaan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Perusahaan yang mampu menerapkan ESG secara baik akan diterima pasar dan memiliki daya tarik besar di mata para oleh investor.
Baca juga: Laba bersih MIND ID meningkat 687 persen pada 2021
Berly menyampaikan dari perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID hanya PT Aneka Tambang dan PT Bukit Asam yang memiliki skor ESG di papan tengah antara perusahaan-perusahaan tambang negara-negara G20.
Melalui penerapan ESG dan reputasi yang baik, perusahaan tambang di masa depan akan bisa memperluas izin tambang ke negara lain.
"ESG menjadi kunci bahwa ekspansi menjadi langkah go global dari MIND ID secara keseluruhan," ujar Berly.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Indef terhadap MIND ID baik kualitatif maupun kuantitatif, lanjut Berly, perusahaan-perusahaan tambang pelat merah mengalokasikan sekitar 0,4 sampai 0,5 persen dari pendapatan mereka untuk aspek lingkungan.
Baca juga: MIND ID uji coba aplikasi digital untuk kelola air limbah tambang
Antam mengalokasikan 0,42 persen pendapatan atau setara Rp117 miliar, Bukit Asam 0,58 persen senilai Rp101 miliar, Inalum 0,04 persen senilai Rp31,8 miliar, dan Timah 0,28 persen senilai Rp43,1 miliar.
Untuk indikator tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), Antam mengalokasikan 0,3 persen dari pendapatan atau senilai Rp82,11 miliar, Bukit Asam 0,54 persen senilai Rp93,75 miliar, Inalum 0,005 persen senilai Rp3,79 miliar, dan Timah 0,20 persen senilai Rp31,76 miliar.
Rasio pekerja perempuan di Antam tercatat sebanyak 9,79 persen, Bukit Asam 14,33 persen, Inalum 51,79 persen, dan Timah 6,79 persen.
Indef memiliki tiga rekomendasi terkait penerapan ESG untuk BUMN tambang di Indonesia. Pertama, melakukan evaluasi rutin baik tahunan dan kuartalan terhadap capaian peta jalan ESG dari MIND ID.
"Diperlukan kontrol kualitas dan evaluasi tahunan yang mencakup capaian maupun kendala yang dimiliki agar menjadi lebih terarah," kata Berly.
Baca juga: PKT bangun kemandirian ekonomi masyarakat lewat CSR berbasis ESG
Kedua, meningkatkan porsi energi baru terbarukan karena aspek lingkungan menjadi salah satu pilar utama dalam aspek ESG. Peningkatan bauran energi dapat dilaksanakan dengan melihat potensi energi baru terbarukan yang terdapat di masing-masing wilayah operasional perusahaan pertambangan.
Ketiga, meningkatkan disclosure ESG dan komunikasi dengan rating agency ESG. Sejauh ini, BUMN diyakini telah melakukan serangkaian perubahan perbaikan atas capaian ESG, namun diperlukan perbaikan standarisasi pelaporan ESG bagi anak perusahaan MIND ID.
Inspektur Tambang Kementerian ESDM Jajat Sudrajat mengatakan pemerintah telah memberikan dukungan berupa regulasi subsektor mineral dan batu bara dalam pembinaan dan pengawasan terkait aspek ESG untuk mendorong daya saing perusahaan tambang di negara-negara G20.
Undang-Undang Mineral dan Batu Bara serta peraturan pelaksanaannya telah mengatur beberapa ketentuan yang mendorong para pelaku usaha pertambangan termasuk BUMN untuk memenuhi aspek ESG.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022