"Terutama mengatasi dampak pandemi pada mereka yang paling terkena dampak seperti perempuan, pemuda, pekerja informal, dan pekerja terampil rendah, dan juga untuk mengatasi ketidaksetaraan," kata Febrio dalam CSIS Global Dialogue 2022, Kamis.
Saat ini negara-negara di dunia masih menghadapi pemulihan yang tidak merata karena sebelumnya akses vaksin, pengobatan, dan diagnostik COVID-19 juga tidak tersebar secara merata di dunia.
Selain itu, inflasi mulai meningkat di sejumlah negara pada awal tahun 2022 karena gangguan pasokan dan permintaan yang sebelumnya terpendam sehingga harga komoditas termasuk energi dan pangan mulai naik.
Di samping itu, perang di Ukraina yang turut meningkatkan inflasi di sejumlah negara menambah tantangan yang telah dihadapi oleh negara-negara di dunia.
"Dan sekarang kita memiliki utang yang tinggi di negara-negara miskin dan rentan. Dan juga kita masih menghadapi risiko mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," katanya.
Namun demikian G20 tetap berkomitmen mengutamakan agenda berwawasan ke depan, menetapkan rencana aksi G20, dan memprogres Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan guna mencapai pembangunan global yang lebih kuat, hijau, dan seimbang.
"Tapi yang jelas, ini harus sangat berhati-hati sekarang. Apalagi dengan penarikan (kebijakan pemulihan ekonomi), G20 perlu menyesuaikan target kebijakan apa yang sesuai dengan G20," katanya.
Baca juga: Zelenskyy apresiasi undangan Jokowi untuk hadiri KTT G20
Baca juga: Indonesia harapkan kehadiran penuh semua anggota G20
Baca juga: Kemenkeu: Presidensi G20 Indonesia jaga dialog antar negara anggota
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022