Investor luar negeri melepas total bersih gabungan 2,35 miliar dolar AS di obligasi Korea Selatan, Thailand, India, Indonesia dan Malaysia bulan lalu, data dari otoritas pengatur dan asosiasi pasar obligasi menunjukkan. Itu adalah penjualan bulanan kedua berturut-turut oleh orang asing di obligasi Asia, menurut data.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun telah meningkat tajam dalam sebulan terakhir, di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) akan bertindak agresif untuk menjinakkan tingkat inflasi yang melonjak.
Fed menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar 50 basis poin bulan ini dan mengumumkan akan mulai memangkas neraca bank sentral bulan depan untuk melawan inflasi yang tidak mereda.
"Konflik Ukraina dan Federal Reserve AS yang semakin hawkish adalah pendorong utama arus keluar, mengingat sentimen risiko global yang melemah tajam dan biaya dana dolar AS yang lebih tinggi," kata Ahli Strategi Suku Bunga Senior ANZ, Jennifer Kusuma.
Baca juga: Dolar bangkit dari kerugian besar, Fed AS berjuang kendalikan inflasi
"Kami memperkirakan arus keluar dari kawasan negara berkembang Asia akan terus berlanjut, meskipun sebagian besar ekonomi memiliki fundamental yang kuat dan cadangan valuta asing untuk menahan peningkatan volatilitas."
Asing menjual obligasi Indonesia senilai 1,41 miliar dolar AS, sementara obligasi India dan Malaysia menghadapi arus keluar masing-masing 579 juta dolar AS dan 503 juta dolar AS.
Indonesia dan India menghadapi lonjakan besar dalam harga konsumen pada April karena harga pangan dan energi melonjak, meningkatkan ekspektasi bahwa masing-masing bank sentral harus menaikkan suku bunga lebih agresif untuk menekan harga.
Baca juga: BI: Modal asing keluar capai 1,8 miliar dolar pada triwulan I
Sementara itu pembelian lintas batas bulanan obligasi Korea Selatan turun ke level terendah enam belas bulan sebesar 29 juta dolar AS bulan lalu.
Investor luar negeri membeli obligasi Thailand senilai 112 juta dolar AS bulan lalu, setelah penjualan bersih 3,08 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya.
"Kami lebih prihatin pada negara-negara dengan imbal hasil rendah seperti Korea dan Thailand," kata Spesialis Investasi untuk utang pasar negara berkembang BNP Paribas Asset Management, Yu Fu.
"Dukungan dari investor lokal juga melemah karena tekanan inflasi domestik meningkat, sehingga membuka risiko kenaikan di sekitar suku bunga kebijakan moneter domestik," kata Jennifer Kusuma.
Baca juga: Rubel melemah terhadap dolar, Rusia longgarkan kontrol modal
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022