Pemain film "D.O.A.: Cari Jodoh" itu sering terlihat mengenakan kemeja, celana, kain sarung hingga alas kaki dari merek lokal. Tak hanya untuk diri sendiri, sang istri Widi Mulia serta ketiga anaknya mengikuti gaya Dwi Sasono yang menggunakan produk lokal saat bersantai di rumah, jalan-jalan atau menghadiri acara resmi.
Baca juga: Pulih dari masalah narkoba, Dwi Sasono kembali berakting
Dwi mengatakan, tidak ada alasan khusus selain rasa cinta dan bangga untuk menggunakan produk busana buatan bangsa sendiri.
"Lebih ke arah bangga sih, karena produk dalam negeri itu bagus-bagus lho, bukan cuma dari desainnya, tapi juga dari kualitasnya," ujar Dwi saat dikonfirmasi ANTARA pada Kamis.
Dalam memilih berbagai produk, hal pertama yang menjadi perhatiannya adalah motif. Menurut Dwi, Indonesia memiliki beragam budaya dan seni dengan keunikan yang berbeda.
Misalnya pada kain wastra, ia bisa menemukan motif yang berbeda dari tiap daerah. Busana lokal pun tak melulu harus soal batik, bagi Dwi yang terpenting adalah kreatifitas dan desain yang ditampilkan sehingga mampu bersaing dengan merek luar negeri.
Baca juga: Dapat peran sebagai guru yoga, Dwi Sasono minta diajari istri
"Motif salah satunya, karena dari daerah-daerah di Indonesia saja punya motif masing-masing yang punya karakternya sendiri, sama kreatifitas desainnya sih, soalnya saya orangnya visual sekali," kata pria kelahiran 30 Maret 1980 itu.
Indonesia memiliki berbagai produk dalam negeri yang berkualitas mulai dari elektronik, peralatan masak, perlengkapan rumah tangga, busana, alas kaki, outdoor equipment, jam tangan, aksesoris, sepeda, peralatan medis hingga otomotif.
Dari produk tersebut, tak sedikit juga yang sudah masuk ke pasar ekspor. Bahkan terdapat beberapa merek yang tak banyak diketahui masyarakat, ternyata hasil karya orang Indonesia yang mampu menembus pasar luar negeri.
Dengan demikian, Dwi berpendapat para UMKM tangguh yang terus berupaya memproduksi dan memasarkan barang buatan dalam negeri mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk agar bisa lebih bersaing dengan barang impor.
"Jadi konsumen tidak ragu lagi kalau mau beli di UKM yang sama, terbangun juga kepercayaannya terhadap brand tersebut. Dan yang lebih penting lagi kualitas pelayanan juga harus terjaga," ujar Dwi.
Baca juga: Dwi Sasono sambut Idul Fitri dengan kumpul bersama keluarga
Ungkapan Dwi sebagai tokoh publik atau selebritas juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk terus menggalakkan dan meningkatkan kualitas produk domestik melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) demi mewujudkan kemandirian sektor industri serta memperbesar tingkat serapan komponen buatan dalam negeri (TKDN).
Dwi bahkan mengapresiasi jajaran pemerintah, misalnya Kementerian Perindustrian, yang memberikan fasilitas dan pendampingan untuk mendorong terbangunnya industri dalam negeri yang kokoh dan mampu menguatkan UMKM di berbagai sektor.
Untuk itu, Dwi berpendapat agar program tersebut lebih menyasar kepada generasi muda yang bisa menjadi motor penggerak untuk memproduksi dan mengonsumsi barang dalam negeri.
"Pendekatan harus lebih ke arah generasi mudanya, karena generasi muda sekarang lebih tereskpos dengan konsep produk luar negeri (dengan anggapan) lebih bergengsi. Maka harus lebih ditingkatkan lagi awareness ke pemuda kalau produk lokal itu berkualitas dan juga punya prestige, jadi punya rasa local pride-lah," terangnya.
Baca juga: Dian Oerip dan cerita perjalanan wastra nusantara
Tidak hanya sekadar bicara, Dwi menyatakan telah menanamkan perspektif produk buatan dalam negeri kepada anak-anaknya.
"Saya dari sekarang juga sudah melakukan pendekatan ke anak-anak saya kalau nanti mau punya brand lokal sendiri saya akan support," katanya.
Bintang "Mendadak Dangdut" itu juga mengajak masyarakat untuk menggunakan produk lokal karena selain berkualitas, konsumsi produk dalam negeri terbukti mampu menggerakkan roda perekonomian bangsa, khususnya pelaku UMKM.
Selain itu, yang membuat Dwi mau menggunakan produk lokal dan bangga menggunakannya adalah banyak kreator yang sudah membuat barangnya dengan bahan ramah lingkungan.
"Aku tuh seneng banget sih sekarang UMKM Indonesia udah melek sama masalah lingkungan, seperti produknya ramah lingkungan, bahan dari daur ulang, yang mudah terurai, pewarna natural, jadi kesannya enggak cuma ngejar profit atau keuntungan aja, tapi juga menyelamatkan bumi," kata Dwi.
Sejalan dengan harapan selebritas, pada tahun 2022 Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan memfasilitasi perusahaan industri dalam negeri untuk mendapatkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada tahun 2022 sebanyak 1.250 sertifikat produk.
Kemenperin telah mengalokasikan pembiayaan melalui anggaran Prioritas Nasional (PN) sebesar Rp20 miliar untuk memfasilitasi sertifikasi TKDN tersebut, dan diprioritaskan pada Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Program Fasilitasi Sertifikasi TKDN merupakan bantuan pembiayaan untuk pengurusan sertifikat TKDN bagi perusahaan industri IKM. Perusahaan industri dapat memanfaatkan fasilitas sertifikasi TKDN gratis dari Kemenperin dengan memenuhi syarat, di antaranya memiliki Perizinan Berusaha sektor industri atau Nomor Induk Berusaha (NIB), memiliki akta pendirian perusahaan, memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan telah melakukan pendaftaran di Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas).
Untuk mengurus sertifikat TKDN, industri bisa mengajukan penghitungan mandiri (self-assesment) mengenai nilai TKDN yang ada pada produknya. Hasil penghitungan mandiri tersebut kemudian diverifikasi oleh Lembaga Verifikasi Independen yang ditunjuk oleh Kemenperin, yaitu PT Surveyor Indonesia dan PT Sucofindo.
Pada tahun anggaran 2021, pemberian sertifikat TKDN secara gratis melampaui target, yakni mencapai 9.524 dari target 9.000 sertifikat produk (anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional), dan mencapai 371 sertifikat dari target 314 sertifikat (anggaran Prioritas Nasional).
Baca juga: Geliat upaya pelestarian Ulos lewat para penenunnya
Baca juga: Menparekraf apresiasi kolaborasi majukan industri kreatif dan fesyen
Baca juga: Proses pembuatan kain tradisional perlu dilestarikan dan diwariskan
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022