Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan perubahan iklim menyebabkan transmisi penyakit infeksius dan patogen manusia karena meningkatnya konsentrasi karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca.perubahan iklim juga menyebabkan transmisi penyakit infeksius
"Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada perubahan suhu udara dan curah hujan. Perubahan iklim juga menyebabkan transmisi penyakit infeksius dan menyebabkan human patogen, human vektor dan human host," kata Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Ni Luh P Indi Dharmayanti dalam keterangan yang diakses ANTARA di laman resmi BRIN di Jakarta, Jumat.
Oleh karena itu, perlu mengembangkan sistem peringatan dini untuk penyakit sebagai sistem pemantauan yang bisa memantau risiko dan dampak perubahan iklim terhadap penyakit tular vektor.
Selain itu, juga perlu meningkatkan kapasitas diagnosis dan surveilans penyakit serta meningkatkan riset-riset untuk melihat lebih dalam dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.
Baca juga: Mobilisasi manusia hingga perubahan iklim bawa penyakit baru
Baca juga: Perubahan iklim dapat timbulkan 500.000 kematian tambahan pada 2050
Peneliti Pusat Riset Veteriner Indrawati Sendow mengatakan perubahan iklim dengan dinamika vektor dan satwa liar, hewan domestik, populasi manusia, dinamika mikroba dapat sebagai sistem peringatan dini tentang risiko wabah yang mungkin terjadi pada ternak atau manusia.
Zoonosis merupakan penularan penyakit hewan ke manusia dipengaruhi oleh proses lingkungan dan sosioekonomi yang membentuk komunitas hospes reservoir, yang menyebabkan orang dan ternak melakukan kontak dengan satwa liar.
Ia menuturkan lebih dari 70 persen penyakit yang merebak (emerging) atau zoonosis berasal dari hewan liar seperti kelelawar, kucing, trenggiling, babi, tikus, primata, dan burung liar. Zoonosis tersebut termasuk COVID-19, Sars, Mers, Swine Flu, Ebola, Zika, antraks, dan flu burung.
Menurut dia, BRIN dapat mengambil peran dan berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan untuk melakukan riset untuk mencegah, mendeteksi dan merespon penyakit emerging/remerging zoonosis melalui pendekatan One Health.
Baca juga: Kemkes-RCCC UI lakukan kajian kerentanan akibat iklim
Peneliti Pusat Riset Veteriner Indrawati Sendow mengatakan perubahan iklim dengan dinamika vektor dan satwa liar, hewan domestik, populasi manusia, dinamika mikroba dapat sebagai sistem peringatan dini tentang risiko wabah yang mungkin terjadi pada ternak atau manusia.
Zoonosis merupakan penularan penyakit hewan ke manusia dipengaruhi oleh proses lingkungan dan sosioekonomi yang membentuk komunitas hospes reservoir, yang menyebabkan orang dan ternak melakukan kontak dengan satwa liar.
Ia menuturkan lebih dari 70 persen penyakit yang merebak (emerging) atau zoonosis berasal dari hewan liar seperti kelelawar, kucing, trenggiling, babi, tikus, primata, dan burung liar. Zoonosis tersebut termasuk COVID-19, Sars, Mers, Swine Flu, Ebola, Zika, antraks, dan flu burung.
Menurut dia, BRIN dapat mengambil peran dan berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan untuk melakukan riset untuk mencegah, mendeteksi dan merespon penyakit emerging/remerging zoonosis melalui pendekatan One Health.
Baca juga: Kemkes-RCCC UI lakukan kajian kerentanan akibat iklim
Baca juga: Perubahan Iklim akan Sebabkan Penyakit Kulit
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022