Koordinator Tim Pakar Satgas Penanganan PMK, Prof Wiku Adisasmito menyampaikan bahwa tenaga vaksinator yang masih belum mencukupi menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan kegiatan vaksinasi PMK.perlu memastikan penerapan protokol kesehatan yang tepat dan ketat
"Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan kegiatan vaksinasi, beberapa diantaranya adalah tenaga vaksinator yang masih belum mencukupi," ujar Wiku dalam konferensi pers Perkembangan Penanganan PMK yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Selain itu, lanjut dia, medan tempuh menuju kandang hewan yang cukup berat, serta sulitnya menjaga suhu vaksin agar tetap optimal saat akan disuntikkan ke hewan ternak turut menjadi penghambat pelaksanaan vaksinasi PMK.
"Pemerintah dalam hal ini akan terus melakukan evaluasi, koordinasi dan peningkatan kinerja agar cakupan vaksinasi semakin besar," ucapnya.
Baca juga: Pemerintah telah mengimpor tiga juta dosis vaksin PMK
Baca juga: Hewan rentan PMK dan produk segarnya dilarang keluar masuk Bali
Dalam kesempatan itu, Wiku juga menjelaskan bahwa PMK merupakan penyakit hewan yang sangat menular dan disebabkan oleh virus. PMK dapat menginfeksi hewan berkuku belah seperti sapi, babi, kerbau, kambing, domba, unta, dan rusa.
Ia mengemukakan, hewan rentan yang terinfeksi PMK ditandai dengan adanya lepuh atau erosi di mulut, lidah, gusi, lubang hidung, puting, dan di kulit sekitar kuku.
Ia menambahkan, hewan yang terinfeksi PMK lebih sering berbaring. Pada ternak potong terjadi penurunan bobot badan, sementara pada ternak perah dapat terjadi penurunan produksi susu yang sangat drastis.
"Kita perlu memastikan penerapan protokol kesehatan yang tepat dan ketat untuk menjaga penyebaran virus PMK ke hewan rentan PMK lainnya," tuturnya.
Baca juga: Satgas: Jatim-NTB tunjukkan penurunan kasus PMK pada hewan ternak
Dalam kesempatan itu, Wiku juga menjelaskan bahwa PMK merupakan penyakit hewan yang sangat menular dan disebabkan oleh virus. PMK dapat menginfeksi hewan berkuku belah seperti sapi, babi, kerbau, kambing, domba, unta, dan rusa.
Ia mengemukakan, hewan rentan yang terinfeksi PMK ditandai dengan adanya lepuh atau erosi di mulut, lidah, gusi, lubang hidung, puting, dan di kulit sekitar kuku.
Ia menambahkan, hewan yang terinfeksi PMK lebih sering berbaring. Pada ternak potong terjadi penurunan bobot badan, sementara pada ternak perah dapat terjadi penurunan produksi susu yang sangat drastis.
"Kita perlu memastikan penerapan protokol kesehatan yang tepat dan ketat untuk menjaga penyebaran virus PMK ke hewan rentan PMK lainnya," tuturnya.
Baca juga: Satgas: Jatim-NTB tunjukkan penurunan kasus PMK pada hewan ternak
Baca juga: Satgas: Jawa-sebagian Sumatra zona merah penularan PMK
Ia menyampaikan, virus itu dapat menular ke hewan rentan PMK melalui kontak langsung dan tidak langsung.
Untuk penularan melalui kontak langsung, kata dia, terjadi saat hewan yang sehat berkontak dengan hewan yang terinfeksi.
Sementara penularan melalui kontak tidak langsung, lanjut dia, dapat terjadi saat virus tidak sengaja terbawa oleh manusia melalui kontaminasi pada anggota tubuh, pakaian, atau alas kaki yang tengah digunakan atau kontaminasi pada kendaraan atau peralatan yang kemudian berkontak dengan hewan rentan, sehingga virus PMK menginfeksi hewan tersebut.
Ia menyampaikan, virus itu dapat menular ke hewan rentan PMK melalui kontak langsung dan tidak langsung.
Untuk penularan melalui kontak langsung, kata dia, terjadi saat hewan yang sehat berkontak dengan hewan yang terinfeksi.
Sementara penularan melalui kontak tidak langsung, lanjut dia, dapat terjadi saat virus tidak sengaja terbawa oleh manusia melalui kontaminasi pada anggota tubuh, pakaian, atau alas kaki yang tengah digunakan atau kontaminasi pada kendaraan atau peralatan yang kemudian berkontak dengan hewan rentan, sehingga virus PMK menginfeksi hewan tersebut.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022