• Beranda
  • Berita
  • Pengamat: Ekonomi tumbuh 5,44 persen kuartal II bukti resiliensi RI

Pengamat: Ekonomi tumbuh 5,44 persen kuartal II bukti resiliensi RI

5 Agustus 2022 10:52 WIB
Pengamat: Ekonomi tumbuh 5,44 persen kuartal II bukti resiliensi RI
Ilustrasi: Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/6/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

Kalau dilihat dari kinerja perekonomian kuartal kedua, saya kira posisi Indonesia, terutama perekonomian domestik, cukup resilience

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyatakan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 yang mencapai 5,44 persen (yoy) membuktikan resiliensi Indonesia di tengah gejolak dan krisis.

“Kalau dilihat dari kinerja perekonomian kuartal kedua, saya kira posisi Indonesia, terutama perekonomian domestik, cukup resilience,” katanya kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Yusuf mengatakan resiliensi Indonesia itu terbukti ketika banyak negara saat ini justru mengalami tekanan hingga kontraksi akibat situasi geopolitik yang tidak menentu dan proses pemulihan dari pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.

Ia menjelaskan ekonomi nasional yang tumbuh tinggi pada kuartal II ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam mengendalikan kasus COVID-19 yang relatif baik.

Pengendalian COVID-19 yang baik tersebut, lanjut dia,  pada akhirnya mendorong kembali aktivitas perekonomian masyarakat untuk bergeliat, terutama di bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Baca juga: Airlangga: Pemerintah jaga pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen

Menurutnya, pola konsumsi masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini cukup baik dan mampu menjadi salah satu pendukung pertumbuhan, meski sempat terdapat kenaikan harga komoditas seperti minyak goreng.

“Kuartal dimana ada bulan Ramadhan dan Idul Fitri itu biasanya menjadi kuartal dengan pertemuan ekonomi yang relatif baik karena ada pola seasonal di sana,” ujar Yusuf.

Selain itu Yusuf menuturkan APBN turut mempunyai peranan terutama dalam menjadi penjaga untuk daya beli masyarakat kelompok miskin sehingga mereka tetap bisa melakukan konsumsi di tengah berbagai tingginya harga komoditas.

Di sisi lain ia menyebutkan dorongan APBN ini tidak sebesar tahun lalu mengingat realisasi belanja negara sempat terkontraksi 0,8 persen (yoy) pada Mei yaitu dari Rp945,7 triliun menjadi Rp938,2 triliun.

“Ini menunjukkan dorongan ataupun efek multiplier yang diberikan oleh APBN ke perekonomian tidak sebesar tahun lalu,” tegas Yusuf.

Baca juga: BPS: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,44 persen pada triwulan II-2022

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022