Bagi warga Jakarta dan Jawa Barat mungkin tak perlu jauh-jauh pergi ke Bali untuk merasakan indahnya Pulau Dewata.ingin mengobati orang Cirebon yang ingin 'healing' tapi ribet dengan segala macam
Salah satunya, bisa dirasakan saat berlibur di Kampung Sabin Cirebon, tepatnya di kawasan Kota Baru Keandra, Jl. Nyi Ageng Serang, Sindangjawa, Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Saat menapaki langkah pertama di Kampung Sabin, panasnya sinar matahari serasa menusuk di siang hari.
Namun jika melihat sekeliling banyaknya pemandangan hijau seperti hamparan sawah yang sejuk, membuat semakin yakin untuk menikmati liburan di tempat wisata tersebut.
Mata akan disambut dengan uniknya bangunan beratap segitiga yang dihiasi bambu dan jerami.
Adapun sentuhan modern bangunan tersebut dilapisi kaca sehingga sinar matahari bisa masuk dengan mudah.
Bangunan ini seolah menyambut kedatangan tamu dengan menyuguhkan berbagai olahan durian mulai dari pie hingga kopi.
Harganya dibanderol mulai dari Rp28 ribu untuk sekotak pie durian.
Baca juga: Menggali keunikan Desa Wisata Tenganan Pegringsingan
Tak hanya itu, semakin dalam memasukinya terdapat jalan yang dilapisi bebatuan menghubungkan dengan bangunan kaca yang ada di belakangnya.
Para pegawai yang berjaga menyambut ramah kedatangan tamu dengan mengarahkan ke tempat bernuansa Bali yang berada di sebelah kanan gedung itu.
Sebuah bangunan yang berbentuk Pura semakin menambah daya tarik kawasan tersebut.
Belum lagi tempatnya berada di tengah sawah membawa angin sejuk di tengah teriknya pertengahan hari.
Nuansa Bali
Tak hanya Pura, tempat wisata ini semakin menambah kesan Bali dengan hiasan kain bermotif kotak hitam putih atau biasa disebut kain poleng dan payung tedung berwarna kuning yang dipasang di sisi samping jalan tapak.
Para pengunjung pun bisa memilih tempat duduk berbahan bambu di berbagai lokasi sembari menikmati sejuknya hamparan sawah dan cantiknya pemandangan Gunung Ciremai.
Adapula yang sembari menikmati pemandangan, juga bercengkrama dengan pengunjung lain di halaman luas yang biasa dipakai untuk acara besar seperti panggung musik maupun acara pernikahan.
Fasilitas yang disuguhkan Kampung Sabin tersedia lengkap mulai dari toilet, mushalla, hingga tempat bermain anak yang ramah untuk keluarga.
Baca juga: Vokasi UI kembangkan desa wisata di Bali berkonsep ekonomi sirkular
Selain itu, pengunjung juga bisa mengabadikan momen dengan berfoto di beberapa tempat. Keindahan langit jingga di sore hari semakin menambah kesan hangat di Kampung Sabin kala itu.
Liburan serasa di Bali ini semakin lengkap dengan menu di Kampung Sabin yang tak kalah menggoda.
Menunya antara lain, nasi campur Bali hingga makanan laut dengan harga terjangkau yang patut dicoba pengunjung.
Sementara itu, Manajer Operasional Kampung Sabin, Tomi Prasojo mengatakan pihaknya sangat detail dalam mendesain arsitektur dengan langsung berkomunikasi dengan orang Bali.
“Gapura didesain orang Bali karena punya filosofi sehingga kami tidak berani asal-asalan. Jadi, kami konsultasi dan komunikasi dengan orang Bali,” kata Tomi.
Tak hanya itu, Tomi menjelaskan alasan Kampung Sabin memilih nuansa alam dengan ornamen bambu lantaran lebih terasa natural, alami dan menyatu dengan alam sesuai dengan suasana di desa.
Sementara itu, seorang pemengaruh (influencer) perwakilan dari Komunitas Ayo Motret Jakarta, Farhah yang kebetulan juga turut mengunjungi Kampung Sabin mengakui memang merasakan suasana ala rumah makan di Bali.
“Banyak 'spot swafoto' ala Bali karena banyak unsur properti seperti berkunjung ke rumah makan yang ada di Bali,” kata Farhah.
Baca juga: Desa wisata tawarkan berbagai pengalaman unik kepada wisatawan
Namun di sisi lain, Farkah juga memberikan masukan untuk pihak Kampung Sabin bahwa dapat memberikan edukasi tentang jenis buah durian karena mereka telah menyediakan pasar durian yang menjual dengan beberapa jenis buah durian lain dipasarkan per boks.
Ia.mengatakan Kampung Sabin memamerkan beberapa koleksi oleh-oleh buah durian dari beberapa jenis montong saja, lantaran saat itu hanya jenis tersebut yang tersedia karena ketergantungan musim.
Ragam kuliner
Lebih lanjut, Tomi mengatakan Kampung Sabin memiliki beragam menu kuliner mulai dari racikan nusantara hingga luar negeri.
Ia pun merekomendasikan nasi campur khas Bali yang telah dimodifikasi menyesuaikan lidah warga Jawa Barat.
Menurutnya, saat mencoba satu sendok pertama kali, lidah akan bertemu dengan perpaduan rasa manis serta dominan rasa asin dan gurih.
Selain itu, Tomi juga menyarankan sate lilit sebagai makanan yang paling menjadi favorit.
Makanan dan minuman yang tersedia dibanderol dengan harga mulai dari Rp30 ribuan.
Restoran yang dibuka pada Mei 2021 ini, mengenalkan konsepnya sebagai restoran wisata pertama di Cirebon dengan nuansa Bali.
Baca juga: Rehat sejenak dan nikmati jajanan khas di Desa Penglipuran Bali
“Kami ingin mengobati orang Cirebon yang ingin 'healing' tapi ribet dengan segala macam. Akhirnya dibuatlah wisata resto 'outdoor' di sini,” kata Tomi.
Restoran yang memiliki arti “kampung sawah” dalam bahasa Jawa ini memiliki luas sekitar tiga hektare dan perawatannya bekerjasama dengan warga setempat.
Adapun perawatan sawah mulai dari penanaman, perawatan, sampai panen yang dibagi dalam tiga sampai empat tahap sehingga sawah tak langsung gundul.
Untuk bisa memasuki restoran ini pengunjung dikenai biaya Rp20 ribu di hari kerja dan Rp30 ribu pada hari libur pukul 09.00 sampai 21.00 WIB.
Menurut Tomi, akses menuju Kampung Sabin terbilang mudah dengan bisa bisa menaiki kendaraan pribadi maupun ojek daring dengan waktu 40 menit dari stasiun atau terminal terdekat.
Setiap harinya ada banyak pengunjung berasal dari luar kota mulai dari Tegal, Brebes, Sumedang, Bandung dan Jakarta yang penasaran melihat restoran wisata tersebut.
Meski tak setiap hari ramai, namun setiap hari libur seperti Sabtu dan Minggu bisa mencapai sekitar 1000 pengunjung.
Ke depannya, Tomi akan terus menggencarkan promosinya agar lebih banyak pengunjung yang berwisata ke Cirebon khususnya di Kampung Sabin.
“Kami biasanya promosi lewat dengan media lokal yang daring dan cetak. Lalu juga para pengunjung yang membagikan momennya di media sosial,” katanya.
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022