Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam menyatakan ekonomi Indonesia harus mampu tumbuh 6 persen untuk dapat mencapai Visi 2045 yaitu menjadi negara berpendapatan tinggi.Harus ada lompatan-lompatan karena kalau kita mau mencapai Visi 2045 tidak bisa lagi sekitar 5 persen pertumbuhan ekonominya. Harus sekitar 6 persen per tahun rata-rata
“Harus ada lompatan-lompatan karena kalau kita mau mencapai Visi 2045 tidak bisa lagi sekitar 5 persen pertumbuhan ekonominya. Harus sekitar 6 persen per tahun rata-rata,” katanya dalam Media Briefing: Measuring The Progress of Low Carbon and Green Economy yangg diikuti Antara di Jakarta, Selasa.
Medril menuturkan pertumbuhan 5 persen per tahun tidak akan mampu mengejar target Visi 2045 mengingat pandemi COVID-19 telah memundurkan berbagai pembangunan dan pencapaian pemerintah.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya transformasi ekonomi melalui pergeseran struktur dari sektor kurang produktif ke sektor lebih produktif yakni industrialisasi serta pergeseran produktivitas antarsektor.
Beberapa strategi transformasi ekonomi yang dapat dilakukan untuk mencapai pertumbuhan 6 persen per tahun adalah membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing dan meningkatkan produktivitas sektor ekonomi.
Kemudian implementasi ekonomi hijau, transformasi digital, integrasi ekonomi domestik serta pemindahan Ibu Kota Negara (IKN).
“Itu lah Presiden Joko Widodo beberapa kali menyampaikan kita perlu reformasi terkait transformasi ekonomi dan salah satu strategi besarnya adalah ekonomi hijau,” jelasnya.
Medril menjelaskan model pembangunan ekonomi hijau dinilai menunjang pembangunan berkelanjutan dengan fokus pada investasi, kapital dan infrastruktur serta lapangan kerja dan keterampilan.
“Ini untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan,” tegasnya.
Baca juga: Wamenkeu: Pemerintah mulai cari sumber pertumbuhan ekonomi baru
Baca juga: Mengerahkan ekonomi sirkular untuk wujudkan ekonomi hijau
Baca juga: Bappenas: Transformasi ekonomi bawa Indonesia ke 'high income country'
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022