• Beranda
  • Berita
  • Dolar jatuh setelah data inflasi AS lebih dingin dari perkiraan

Dolar jatuh setelah data inflasi AS lebih dingin dari perkiraan

11 Agustus 2022 05:31 WIB
Dolar jatuh setelah data inflasi AS lebih dingin dari perkiraan
Teller melayani jual beli mata uang Dolar AS di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta, Rabu (6/7/2022). ANTARA FOTO/Subur Atmamihardja/wsj.
Dolar jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah laporan inflasi AS yang lebih dingin dari perkiraan untuk Juli meningkatkan ekspektasi siklus kenaikan suku bunga Federal Reserve yang kurang agresif daripada yang diantisipasi sebelumnya.

Harga konsumen AS tidak berubah pada basis bulanan pada Juli karena biaya bensin turun, memberikan tanda kelegaan pertama bagi orang Amerika yang telah menyaksikan inflasi naik selama dua tahun terakhir.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan 0,2 persen dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) bulanan menyusul penurunan sekitar 20 persen dalam biaya bensin.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang saingannya, turun 1,025 persen pada 105,26 pada pukuk 19.15 GMT.

"Ini adalah kabar baik bagi pedagang valas, karena ini adalah reaksi yang cukup jelas dan Anda mungkin akan melihat bahwa masih ada beberapa tindak lanjut," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Dolar turun 1,58 persen pada 132,97 yen, dengan greenback sempat merosot sebanyak 2,3 persen terhadap mata uang Jepang, penurunan terbesar sejak Maret 2020.

"Dalam latar belakang di mana pasar menjadi lebih puas dengan perkiraan FF (Fed fund), hari-hari terburuk yen tampaknya telah berakhir," kata analis dari TD Securities dalam catatan klien. Kisaran 130-135 yen yang luas mungkin merupakan normal baru.

The Fed telah mengindikasikan bahwa beberapa penurunan bulanan dalam pertumbuhan IHK akan diperlukan, sebelum membiarkan pengetatan kebijakan moneter agresif yang telah dilakukan untuk menjinakkan inflasi yang saat ini berjalan di level tertinggi empat dekade.

Namun, pedagang berjangka yang terkait dengan suku bunga acuan bank sentral AS menanggapi data inflasi Rabu (10/8/2022) dengan memangkas taruhan bahwa Fed akan memberlakukan kenaikan 75 basis poin ketiga berturut-turut pada September, dan sebagai gantinya akan memilih peningkatan setengah persentase poin.

"Apa yang Anda lihat adalah pasar menikmati kemungkinan Fed bergerak ke arah sikap yang kurang hawkish, bukan dovish, tetapi sedikit kurang hawkish," kata Quincy Krosby, kepala strategi global di LPL Financial.

Euro naik 0,83 persen menjadi 1,0297 dolar, sementara sterling naik 1,16 persen menjadi 1,22145 dolar, dengan kedua mata uang di jalur untuk kinerja satu hari terbaik mereka sejak pertengahan Juni.

Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari mengatakan bahwa sementara pendinginan tekanan harga pada Juli "diterima," The Fed "jauh, jauh dari menyatakan kemenangan" dan perlu menaikkan suku bunga jauh lebih tinggi dari kisaran 2,25 persen-2,50 persen saat ini.

Presiden Fed Chicago, Charles Evans mengatakan inflasi masih "belum dapat diterima" tinggi, dan Fed kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga kebijakannya menjadi 3,25 persen-3,50 persen tahun ini dan menjadi 3,75 persen-4,00 persen pada akhir 2023.

Dolar Australia, dilihat sebagai barometer risiko, terangkat 1,74 persen pada 0,7083 dolar AS.

Bitcoin, yang terguncang oleh pukulan keras penghapusan dana uang kripto dan pencurian selama beberapa bulan terakhir, naik 2,1 persen pada 23.651 dolar AS.

Baca juga: Saham tergelincir, dolar stabil ketika investor tunggu data inflasi AS

Baca juga: Mata uang utama stabil di Asia, saat dolar bersiap untuk uji inflasi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022