• Beranda
  • Berita
  • Peneliti sebut perlu kerja keras capai target inflasi 2023

Peneliti sebut perlu kerja keras capai target inflasi 2023

16 Agustus 2022 23:14 WIB
Peneliti sebut perlu kerja keras capai target inflasi 2023
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kanan), Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa (kiri), dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) usai konferensi pers terkait nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Pemerintah mematok belanja negara dalam RAPBN 2023 sebesar Rp3.041,7 triliun, di antaranya belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.230 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp811,7 triliun. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)
Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute (TII) Nuri Resti Chayyani mengatakan para pemangku kepentingan perlu bekerja keras dalam upaya mencapai target inflasi sebesar 3,3 persen year on year (yoy) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.

"Melihat outlook tahun ini yang sebesar 4,0 hingga 4,8 persen yoy, untuk turun hingga 3,3 persen perlu kerja keras bagi Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan," ujar Nuri saat dihubungi oleh Antara, Selasa.

Nuri mengatakan pemerintah terlalu optimis menargetkan inflasi di kisaran itu, mengingat angkanya cukup jauh di bawah outlook tahun ini. Meskipun, menurut dia, target itu bukan hal yang mustahil untuk dicapai pada 2023 nanti.

Baca juga: Sri Mulyani: RAPBN 2023 siap respons risiko ketidakpastian global

Ia menyarankan berbagai langkah yang bisa ditempuh pemerintah untuk mencapai target itu, diantaranya menjaga ketersediaan komoditas. Selama ini, lanjut dia, kelangkaan suatu komoditas dapat memberi efek domino terhadap komoditas lainnya.

"Kita ambil contoh, seperti kemarin minyak goreng yang mengalami kelangkaan, dapat mengguncang harga komoditas lain," ujar Nuri.

Selain itu, pemerintah juga perlu menjaga ekspektasi inflasi yang ada di benak masyarakat dan dari kondisi moneter, seperti jumlah uang beredar yang ada di masyarakat.

Kemudian, ia menegaskan pemerintah perlu memperhatikan berbagai faktor inflasi yang datangnya dari luar negeri seperti kenaikan harga komoditas dan konflik geopolitik di tingkat global.

Di sisi lain, Nuri mengatakan target pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,3 persen yoy dalam RAPBN 2023 tergolong realistis, meskipun harga komoditas global diperkirakan mulai kembali normal pada tahun depan.

 Baca juga: Ekonom UI: Target inflasi 3,3 persen pada 2023 bisa tercapai

Menurut dia, penerimaan negara, baik dari pajak maupun non pajak akan terus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2023.

“Pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh konsumsi yang cenderung naik,” ujar Nuri.

Seperti diketahui, pada pidato kenegaraan hari ini, Presiden Joko Widodo menargetkan inflasi sebesar 5,3 persen yoy dalam RAPBN 2023. Angka ini lebih kecil dibandingkan outlook 2022 yang di kisaran 4,0 persen hingga 4,8 persen yoy.

Baca juga: Komisi XI DPR RI ingatkan soal inflasi tinggi pada APBN 2023

Baca juga: Presiden Jokowi: Ketidakpastian global tak boleh buat RI pesimistis

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022