Pembelajaran tatap muka perlu dilakukan meski dunia sudah dimudahkan dengan akses internet, karena relasi menjadi penting apalagi bagi anak muda, kata Dosen Psikologi Klinis Universitas Indonesia, Prof. Dr. Elizabeth Kristi Poerwandari.tatap muka tetap diperlukan karena memberikan kesempatan bagi seseorang untuk bersosialisasi
"Meski tidak sepenuhnya offline, tatap muka tetap diperlukan karena memberikan kesempatan bagi seseorang untuk bersosialisasi," katanya di kampus UI Depok, Senin.
Pembelajaran tatap muka dan daring dapat dilakukan dengan perbandingan 50:50 atau 60:40, sehingga efisiensi pembelajaran dapat diperoleh dan tingkat stres mahasiswa dapat berkurang.
Dekan FPsi UI, Dr. Bagus Takwin, M.Hum., menyambut positif kegiatan perkuliahan yang mulai berjalan secara tatap muka. Menurut Dr. Bagus, kegiatan perkuliahan tatap muka menandakan UI dan Indonesia telah berhasil menghadapi berbagai rintangan pandemi COVID-19 selama dua tahun lebih.
"Seluruh sivitas akademika Psikologi UI begitu antusias dan semangat mengikuti kegiatan pembelajaran secara luring. Mahasiswa yang hadir tentu harus dalam keadaan sehat secara fisik dan psikologis," katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek dorong pembelajaran di kampus secara tatap muka
Baca juga: Perlu keputusan holistik untuk PTM di tengah fluktuasi COVID-19
Ia mengatakan, akan mengevaluasi secara berkala kegiatan perkuliahan tatap muka tersebut. "Semoga hasil evaluasi baik sehingga perkuliahan dapat dilaksanakan secara luring sepenuhnya,” kata Dekan FPsi yang juga merupakan penulis buku Ruwita.
Bagus mengatakan pihaknya telah melakukan kuliah umum yang berlangsung selama dua jam tersebut berjalan tertib dan kondusif, dengan menerapkan protokol kesehatan. Sebanyak 229 mahasiswa baru angkatan 2022 yang mengenakan jaket kuning (jakun) Makara biru muda, mendengarkan pemaparan materi dan aktif bertanya pada diskusi yang dipandu oleh Wuri Prasetyawati, M.Psi., Ph.D., Psikolog.
Suasana perkuliahan tahun ajaran 2022/2023 kini mulai kembali normal, tidak hanya di FPsi, tetapi juga di seluruh fakultas, sekolah, dan program pendidikan di UI.
Baca juga: Perlu sinergi multipihak hadapi transisi belajar tatap muka
Ia mengatakan, akan mengevaluasi secara berkala kegiatan perkuliahan tatap muka tersebut. "Semoga hasil evaluasi baik sehingga perkuliahan dapat dilaksanakan secara luring sepenuhnya,” kata Dekan FPsi yang juga merupakan penulis buku Ruwita.
Bagus mengatakan pihaknya telah melakukan kuliah umum yang berlangsung selama dua jam tersebut berjalan tertib dan kondusif, dengan menerapkan protokol kesehatan. Sebanyak 229 mahasiswa baru angkatan 2022 yang mengenakan jaket kuning (jakun) Makara biru muda, mendengarkan pemaparan materi dan aktif bertanya pada diskusi yang dipandu oleh Wuri Prasetyawati, M.Psi., Ph.D., Psikolog.
Suasana perkuliahan tahun ajaran 2022/2023 kini mulai kembali normal, tidak hanya di FPsi, tetapi juga di seluruh fakultas, sekolah, dan program pendidikan di UI.
Baca juga: Perlu sinergi multipihak hadapi transisi belajar tatap muka
Baca juga: IDAI sorot PTM, menyusul kematian anak akibat COVID-19 di Singapura
Salah seorang mahasiswa F. Psi UI 2022, Jonathan Sabita, mengaku gembira bisa mengikuti hari perdana perkuliahan secara tatap muka.
Menurut Jonathan, ada perbedaan singnifikan dari kegiatan perkuliahan luring dan daring, salah satunya mahasiswa bisa lebih menghargai dosen saat berbicara.
"Saya sangat senang bisa merasakan kuliah secara tatap muka. Sebelumnya, berdasarkan pengalaman saya selama mengikuti pembelajaran di SMA secara daring, ada beberapa pelajar yang mematikan kamera," katanya.
Hal ini tentu menunjukkan sikap pelajar yang secara tidak langsung tidak menghargai keberadaan pengajar tersebut. Saya berharap dengan adanya pembelajaran tatap muka ini, hubungan antara mahasiswa dan dosen dapat terjalin dengan baik sehingga pembelajaran berjalan lancar dan lebih efektif.
Baca juga: Kemendikbudristek: PTM dilakukan dengan hati-hati
Salah seorang mahasiswa F. Psi UI 2022, Jonathan Sabita, mengaku gembira bisa mengikuti hari perdana perkuliahan secara tatap muka.
Menurut Jonathan, ada perbedaan singnifikan dari kegiatan perkuliahan luring dan daring, salah satunya mahasiswa bisa lebih menghargai dosen saat berbicara.
"Saya sangat senang bisa merasakan kuliah secara tatap muka. Sebelumnya, berdasarkan pengalaman saya selama mengikuti pembelajaran di SMA secara daring, ada beberapa pelajar yang mematikan kamera," katanya.
Hal ini tentu menunjukkan sikap pelajar yang secara tidak langsung tidak menghargai keberadaan pengajar tersebut. Saya berharap dengan adanya pembelajaran tatap muka ini, hubungan antara mahasiswa dan dosen dapat terjalin dengan baik sehingga pembelajaran berjalan lancar dan lebih efektif.
Baca juga: Kemendikbudristek: PTM dilakukan dengan hati-hati
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022