• Beranda
  • Berita
  • Denmark nilai Indonesia bisa jadi pemimpin energi hijau Asia Tenggara

Denmark nilai Indonesia bisa jadi pemimpin energi hijau Asia Tenggara

7 September 2022 16:37 WIB
Denmark nilai Indonesia bisa jadi pemimpin energi hijau Asia Tenggara
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa (ketiga kiri) berbincang bersama Menteri Pembangunan dan Kerja Sama Denmark Flemming Moller Mortensen (keempat kiri), PJ Gubernur Babel Ridwan Djamaluddin(kedua kiri), Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti (kiri), Wakil Ketua Komisi IV DPD RI Darmansyah Husein (kedua kanan) dan Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Taufik Hanafi (kanan) usai membuka Seminar of The Development of IndonesiaÕs Blue Economy Roadmap pada acara Development Working Group (DWG) G20 di Tanjungpandan, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (7/9/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Menteri Pembangunan dan Kerja Sama Denmark Flemming Moller Mortensen menilai Indonesia bisa menjadi pemimpin energi hijau di Asia Tenggara lantaran melimpahnya ketersediaan sumber daya alam di dalam negeri.

"Ketika kita melihat ke Indonesia, kita melihat sumber daya alam yang melimpah untuk transisi energi. Indonesia bisa menjadi pemimpin hijau untuk kawasan Asia Tenggara," kata Flemming.

Baca juga: Kemendikbudristek: Budaya berperan penting dalam pemulihan ekonomi

Hal itu dipaparkannya dalam pertemuan G20 Development Ministerial Meeting (DMM) 2022 Side Event yang bertajuk “The Development of Indonesia's Blue Economy Roadmap” di Belitung, Rabu.

Flemming mengatakan, kunci Indonesia untuk bisa menjadi pemimpin energi hijau di Asia Tenggara adalah mampu menarik investasi dari pihak swasta.

Indonesia, kata dia, harus memiliki kerangka kebijakan yang ambisius, dapat diprediksi dan transparan, serta insentif yang tepat agar mampu menarik investor.

Dalam kesempatan itu, Flemming turut menyoroti tiga poin penting dalam percepatan transisi energi. Poin pertama adalah ekonomi biru yang kuat harus didasarkan pada transisi hijau yang adil dan merata.

"Ekonomi biru dan transisi energi hijau harus berjalan beriringan, dan kami mendekati Indonesia untuk menjadikan transisi energi sebagai prioritas dalam G20," ujar dia.

Poin kedua, kata Flemming, dibutuhkan kemitraan antara publik dan swasta yang kuat dalam ekonomi biru lintas sektor, negara, dan kawasan.

Dia mengatakan kerangka kebijakan yang ambisius, dapat diprediksi, dan transparan adalah kunci untuk menciptakan kepercayaan investor dan untuk menarik investasi swasta ke ekonomi biru dan hijau.

"Ketiga, kita membutuhkan kolaborasi regional dan multilateral yang kuat untuk mengatasi masalah lintas batas ekonomi biru," ucap dia.


Baca juga: Hutama Karya rampungkan gedung parkir TMII untuk G20 akhir September

Baca juga: Kemenko Marves akan bangun PLTS di Pulau Lengkuas Babel

Baca juga: Murid SD di Belitung antusias sambut delegasi DWG G20

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022