Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Ludi Harman meminta para orang tua mewaspadai penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan "pneumonia" (infeksi pada paru-paru) yang dalam dua bulan terakhir banyak menyerang anak-anak.
"Kami mendapatkan laporan dari pihak rumah sakit dan puskesmas sangat banyak anak-anak usia di bawah 5 tahun tertular virus atau bakteri yang menyebabkan ISPA dan 'pneumonia'. Penyakit ini kemudian dengan cepat menulari anggota keluarga anak-anak itu," katanya.
Baca juga: PDIB: Waspadai ISPA dan diare muncul pascabanjir
Di lingkungan kerjanya sendiri, sejumlah pegawai mengalami flu, batuk dan demam akibat virus tersebut. Anak-anak dari staf di Dinkes Kepri yang tertular ISPA dan penyakit paru-paru terpaksa dibawa ke rumah sakit karena suhu badannya mencapai 39 derajat celcius.
"Di mana-mana orang-orang sudah mengeluhkan penyakit ini," katanya.
Baca juga: Musim hujan tiba, waspadai ISPA hingga penyakit kulit
Untuk mencegah penularan virus dan bakteri itu, Ludi mengimbau masyarakat tidak membawa ke luar anak-anaknya untuk urusan yang tidak penting. Sebaiknya, anak-anak bermain di lingkungan sekitar rumah.
Para orang tua juga sebaiknya memperhatikan makanan anak agar memenuhi gizi yang dibutuhkan. Pemenuhan gizi pada anak itu untuk memperkuat imun tubuhnya agar tidak mudah terserang virus dan bakteri.
"Jaga lingkungan rumah dan sekitar rumah tetap bersih dan terkena sinar matahari agar tidak lembab," imbaunya.
Baca juga: Dinkes Bantul imbau masyarakat waspadai ISPA musim pancaroba
Yana, warga Tanjunguban, Kabupaten Bintan, mengatakan, kedua anaknya mengalami demam, flu, dan batuk. Bahkan suhu badan anak-anak yang masih berusia di bawah 5 tahun itu mencapai 40 derajat celcius, sehingga harus dirawat di rumah sakit.
"Saya juga sudah tertular penyakit itu," katanya.
Baca juga: Dinkes Kepri imbau warga waspadai penyakit ISPA
Sari, warga Tanjungpinang, juga mengalami hal yang sama. Dua pekan lalu, putra sulungnya dirawat di rumah sakit setelah mengalami demam dengan suhu badan mencapai 39 derajat celcius.
Berdasarkan hasil diagnosa dokter, anak yang masih berusia 3 tahun tersebut menderita radang paru-paru.
"Anak saya sempat kejang karena suhu badannya terlalu tinggi, dan saturasinya rendah. Alhamdulillah sekarang sudah sembuh," katanya.
Baca juga: Kemarin, WNI Hongkong waspadai pneumonia berat hingga bantuan Kemsos
Ali, warga Batu 7 Tanjungpinang, juga mengalami hal yang sama. Ali dan istrinya tertular batuk, flu dan demam dari putranya yang berusia 4 tahun.
Putra bungsu mereka itu sempat kejang-kejang saat suhu badannya mencapai 40 derajat celcius.
"Setelah diperiksa dokter ternyata ada virus serang paru-paru anak saya. Tetapi sudah sembuh setelah empat hari konsumsi obat," ucapnya.
Baca juga: WNI di Hong Kong diimbau waspadai wabah pneumonia berat
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Elfiani Sandri menyatakan Infeksi Saluran Penyakit Atas (ISPA) masuk 5 besar sebagai penyakit yang mendominasi dalam sebulan terakhir.
"Berdasarkan laporan pihak puskesmas, penderita penyakit ISPA masuk 5 besar terbanyak yang ditangani tenaga medis," kata Sandri.
Baca juga: ITAGI: DBD banyak serang anak kecil dan remaja
Menurut dia, sebagian penderita ISPA masih berusia di bawah 5 tahun. Anak-anak masuk dalam kelompok yang rentan tertular penyakit.
Sandri mengungkapkan untuk mencegah anak di bawah 5 tahun supaya tidak tertular ISPA sebaiknya para orang tua menjaga lingkungan rumah dan sekitar rumah tetap bersih.
"Makan-makanan yang bergizi," imbaunya.
Baca juga: Pakar kemukakan tujuh aspek penting BIAN 2022 bagi tumbuh kembang anak
Penyakit ISPA relatif tidak berbahaya, namun dampak kesehatan yang ditimbulkannya cukup berbahaya jika tidak ditangani secara serius. Anak-anak yang mengalami batuk, flu dan demam biasanya tidak mau makan. Akibatnya, mereka kekurangan asupan gizi.
"Kalau kekurangan gizi, tentu akan menimbulkan dampak lainnya. Ini yang harus dicegah melalui pengobatan yang benar," katanya.
Sandri menjelaskan ISPA berbeda dengan penyakit radang paru-paru. Orang yang menderita batuk, flu dan demam belum tentu menderita penyakit paru-paru.
"Gejala kedua penyakit itu hampir sama, namun penderita penyakit paru-paru sesak nafas sehingga saturasinya rendah," jelasnya.
Baca juga: Kemenko PMK: Anak-anak fase terpenting imunisasi cegah penyakit
Dokter dapat menggunakan alat bantu untuk mengetahui apakah seseorang itu mengalami penyakit paru-paru atau tidak, salah satunya melalui rontgen. Penyakit paru-paru yang belakangan ini menyerang cukup banyak anak-anak di bawah 5 tahun perlu ditangani secara serius di rumah sakit.
"Rumah sakit memiliki fasilitas dan alat kesehatan yang memadai, seperti bantuan pernafasan dan obat-obatan sehingga penderita penyakit itu dapat sembuh," katanya.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022