"Alergi kambuh umumnya terjadi jam 10 pagi, kaitannya dengan siklus sistem hormonal di tubuh. Masa-masa rawan orang yang punya gejala alergi adalah waktu snacking time-nya," ujar dia dalam Media Briefing "Ngobrol Baik bareng ABC" di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia itu mengingatkan orang-orang dengan alergi agar berhati-hati waktu menyantap camilan di sela waktu makan besar mereka.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui sebuah laporan yang dirilis pada tahun 2017 mencatat sebanyak 10 juta orang di negara-negara maju mengalami lebih dari satu jenis alergi.
Alergi terjadi saat sistem imun tubuh bereaksi dengan senyawa semisal serbuk sari atau makanan yang bagi kebanyakan orang tidak menyebabkan reaksi apa-apa. Hardinsyah mengatakan, gejala yang dapat muncul antara lain bintik-bintik di kulit, merah, gatal hingga bengkak.
"Bahkan enggak hanya makanan, bisa jadi udara dingin, di selimut tempa tidur, di udara tercemar," kata dia.
Menurut Hardinsyah, sumber alergen dari pangan umumnya merupakan sumber protein seperti telur, udang, ikan, kacang-kacangan, gandum dan bahan tambahan pangan (BTP).
"Enggak perlu khawatir, ilmu semakin berkembang. Kalau ada keluhan, konsul saja (ke dokter). Ada yang bisa diterapi karena sudah kadung kedaluwarsa. Kalau masih kecil bisa dilakukan upaya-upaya," kata dia yang menyarankan orang-orang rajin membaca label pangan.
Mayo Clinic mencatat, khusus untuk sumber alergen pangan gejala yang dapat muncul pada pasien antara lain kesemutan di mulut; bagian mulut seperti bibir, lidah atau tenggorokan bengkak hingga anafilaksis atau syok akibat reaksi alergi.
Tanda anafilaksis meliputi penurunan kesadaran, penurunan tekanan darah, sesak napas, ruam kulit, pusing, denyut nadi cepat dan lemah, serta mual dan muntah.
Baca juga: Sebab alergi kambuh di pagi hari
Baca juga: Alergi bisa kambuh termasuk dari pasangan
Baca juga: Hati-hati, obat jerawat bisa sebabkan alergi serius
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022