• Beranda
  • Berita
  • UMM terjunkan tim trauma dan pendataan korban tragedi Kanjuruhan

UMM terjunkan tim trauma dan pendataan korban tragedi Kanjuruhan

6 Oktober 2022 16:13 WIB
UMM terjunkan tim trauma dan pendataan korban tragedi Kanjuruhan
Menko PMK, Muhadjir Effendi saat berdialog dengan tim trauma Support Mobility dari berbagai instansi dan perguruan tinggi di Malang untuk memberikan pendampingan bagi korban dan keluarga korban tragedi Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang di gedung Teater Dome UMM, Kamis (6/10/2022). ANTARA/HO-UMM/am.

Menko PMK mendorong para rektor di perguruan tinggi di Malang untuk turut berkontribusi dalam rangkaian pendampingan psikologis tersebut agar lebih masif.

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menerjunkan tim trauma dan melakukan pendataan terhadap para korban tragedi Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang terjadi Sabtu (1/10) malam.

Sederet tim yang diterjunkan UMM dan tergabung dalam gerakan trauma Support Mobility itu, di antaranya tim medis dan psikologis yang bertujuan mendampingi, menemani, mendengarkan keluh kesah keluarga korban serta memberikan pelayanan psikologis.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Muhadjir Effendy dalam pertemuannya dengan tim trauma Support Mobility di Teater Dome UMM, Kamis menilai tim gabungan ini merupakan upaya yang bagus untuk mengatasi insiden di Kanjuruhan.

Berbeda dengan korban fisik yang bisa diukur dan diperkirakan sembuhnya, lanjut Muhadjir, cedera korban mental lebih sulit untuk dihitung dan diidentifikasi. Bahkan, bukan hanya korban saja, tapi juga kerabat dan keluarga yang ditinggalkan.

“Kemarin saya sempat menemui bapak dari korban meninggal. Dua anaknya terenggut dalam tragedi Kanjuruhan. Tentu, membantu dari sisi psikologis juga penting dan menyasar bukan hanya korban yang menonton, tapi juga para keluarga yang ditinggalkan,” kata Menko PMK.

Terkait dana operasional, Muhadjir menjelaskan bahwa ada dana siap pakai (DSP) di pemerintah daerah yang bisa dialokasikan, termasuk salah satunya untuk memberikan santunan kepada keluarga dan kegiatan trauma support ini.

Ia mendorong para rektor di perguruan tinggi di Malang untuk turut berkontribusi dalam rangkaian pendampingan psikologis tersebut agar lebih masif.

“Tak perlu kita melihat siapa yang duluan, siapa yang paling berkontribusi. Ini adalah bencana sosial yang sifatnya non-diskriminasi, maka semua harus ikut memberikan bantuan. Teman-teman juga bisa mengajak organisasi dan pihak lain untuk turut serta membantu dalam tragedi ini,” ujarnya.

Sementara itu, UMM juga berkolaborasi dan terus berkoordinasi dengan Aremania Kampus Putih (UMM) untuk melakukan pendataan jumlah korban sejak Minggu (2/10).

Koordinator tim pendataan yang juga Aremania Kampus Putih UMM, Muh Farhannudin Nur Avif menuturkan bahwa sampai saat ini timnya masih terus mencari data yang valid.

Apalagi, jumlahnya berbeda antara satu sama lain. Ada yang menemukan bahwa korban meninggal 125 orang, ada yang 183, bahkan ada yang 200-an. Maka, pendataan ulang dengan seksama menjadi hal yang penting.

Ia bersama tim juga terus mencari korban luka-luka dalam tragedi malam itu. Jumlahnya tentu lebih banyak ketimbang yang meninggal. Ia mengaku bahwa proses pencariannya juga cukup memakan waktu, karena lebih rumit.

Farhan, sapaan akrabnya mengatakan bahwa tragedi pilu ini sangat membekas di hatinya. Ia menganggap semua Aremania merupakan saudaranya sendiri. Oleh karena itu, salah satu upaya yang ia lakukan adalah mencari data valid korban hingga paling akhir.

Apalagi, banyak anak yang menjadi yatim, piatu, bahkan yatim piatu, karena ditinggalkan orang tuanya, padahal niat awal hanya ingin menonton sepak bola.

“Saya juga bersyukur pihak Kampus Putih sangat membantu kami dalam proses ini, bahkan menawarkan untuk mendirikan posko di UMM. Kampus ini senantiasa mendukung dan menyediakan alat-alat untuk mempermudah validasi data. Kami sangat mengapresiasi," ucap Farhan.

Demikian pula, lanjutnya, peran UMM untuk menghubungkan pihaknya dengan Menko PMK untuk menyampaikan aspirasi ke pejabat lain dan pemerintah. "Semoga proses investigasi dan penetapan tersangka bisa segera berjalan dengan cepat dan tepat,” tambah mahasiswa Teknik Sipil UMM itu.

Selain tim UMM, gerakan trauma Support Mobility juga diisi oleh tim dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Malang, HIMPSI Malang, Save the Children, Maharesigana UMM, MDMC, UIN Maulana Malik Ibrahim, Universitas Merdeka, Universitas Brawijaya, dan sederet lainnya.

Hadir dalam pertemuan antara Menko PMK Muhadjir Effendi dengan tim trauma Support Mobility, perwakilan dari BTS ARMY Help Center Indonesia yang akan mendukung proses trauma support.
Baca juga: UMM kirim 14 mahasiswa ke Malaysia bantu pekerja migran Indonesia
Baca juga: Mahasiswa UMM rancang aplikasi permudah pembelajaran Alquran di TPQ
Baca juga: Gangguan depresi bisa dideteksi lewat urine

 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022